SURABAYA - Masih banyaknya kasus kekerasan terhadap perempuan menjadi perhatian para seniman dan film maker di Jawa Timur.
Para seniman ini menggelar pertunjukan monolog "Perempuan Bersuara" dan pemutaran film pendek "Pulih" di Gedung Nasional Indonesia (GNI) Surabaya, Minggu (1/12/2024).
Film berjudul “ Pulih” yang diproduksi Gen Epistree merupakan hasil kolaborasi dengan Women's Crisis Center (WCC) Jombang. Muhammad Irfansyah, ketua Gen Epistree mengatakan film ini dibuat dari penuturan WCC Jombang atas pengalaman advokasinya, yaitu tentang pendamping korban yang berusaha pulih ketika dia mendapat kekerasan seksual.
Ia ingin, kolaborasi kampanye itu bisa menghentikan segala tindakan kekerasan seksual terhadap perempuan. Mengingat, kasus tersebut bukanlah hal yang sepele.
"Film ini tidak hanya sekadar kita buat, tapi kita maksimalkan aktor-aktor dan seniman yang kita libatkan, yakni yang proper di bidangnya untuk menciptakan film yang bisa mendukung pendamping korban," ucapnya.
Selain film , dalam kegiatan itu, juga ada penampilan monolog bertajuk "Pelaminan Kosong" yang menceritakan tentang upaya menghentikan kekerasan terhadap perempuan.
Sementara itu, Anna Abdullah Direktur WCC Jombang mengatakan bahwa media kreatif seperti film dipilih untuk mengkampanyekan penolakan kekerasan terhadap perempuan, karena memiliki daya tarik tersendiri.
"Kami berpikir butuh media transformasi nilai yang efektif seperti itu, nah salah satunya dengan film," ucapnya.
Dalam film tersebut, merupakan gambaran nyata yang ada di kehidupan sehari-hari bagaimana pendamping kekerasan seksual mendampingi korban. Pihaknya menegaskan, akan terus menyuarakan penolakan terhadap kasus-kasus kekerasan seksual. Apalagi WCC Jombang juga merupakan anggota dari Satuan Tugas Penjagaan Penanganan Kekerasan (SATGAS PPK) di lingkup pendidikan.
"Kami ingin memberi konteks bahwa kerja-kerja sungguh yang dihadapi pendamping untuk memberikan penguatan psikologis itu sangat penting sekali," pungkas Anna. (*)
Editor : M Fakhrurrozi