SURABAYA - Diskusi soal skincare terbaru atau film bioskop sudah menjadi santapan sehari-hari di ruang publik. Namun, begitu topik bergeser ke menstruasi atau pembalut, suasana sering kali berubah canggung dan dianggap tabu.
Fenomena inilah yang coba didobrak oleh kelompok mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) "Veteran" Jawa Timur. Melalui kampanye edukatif bertajuk Gerakan Bebas Sungkan: Jangan Malu Katakan Pembalut, mereka mengajak masyarakat untuk lebih terbuka mengenai kesehatan reproduksi.
Kampanye ini dilaksanakan di Jalan Tunjungan pada Sabtu (29/11), bertepatan dengan Hari Perempuan Pembela Hak Asasi Manusia (Women Human Rights Defender). Tujuannya mengajak seluruh elemen masyarakat Surabaya, baik laki-laki maupun perempuan, untuk menghapus stigma dan tidak lagi merasa sungkan membahas kebutuhan esensial ini.
Ketua Pelaksana acara, Vina Ayu Septiani, mengungkapkan bahwa kampanye ini lahir dari realitas yang ia temui sehari-hari. Ia menyoroti betapa sulitnya perempuan berbicara jujur mengenai kebutuhannya sendiri di ruang publik.
Baca Juga : Polrestabes Surabaya Dukung Larangan Parkir di Jalan Tunjungan Demi Kelancaran Lalu Lintas

"Saya sering kali melihat masih banyak perempuan yang ketika tiba-tiba menstruasi di tempat umum, merasa malu untuk bicara soal pembalut. Bahkan, kata 'pembalut' sering disamarkan menjadi 'Roti Jepang' atau istilah lainnya," ungkap Vina.
Menurut Vina, pembalut adalah kebutuhan, sama seperti sabun atau skincare kita.
Baca Juga : Pemkot Resmi Hapus Parkir Tepi Jalan Tunjungan, Sediakan 7 Lokasi
"Kampanye ini lahir untuk mengajak seluruh masyarakat agar tidak lagi malu membicarakan pembalut dan menstruasi," imbuhnya.
Aksi di Jalan Tunjungan diisi dengan berbagai kegiatan interaktif, mulai dari diskusi terbuka seputar menstruasi, pembagian pembalut gratis, sosialisasi pentingnya mengganti pembalut secara rutin, hingga pengisian kotak aspirasi sebagai wujud dukungan sesama perempuan.
Gerakan ini juga secara khusus mengedukasi laki-laki agar tidak lagi merasa canggung jika dimintai tolong untuk membeli pembalut oleh pasangan atau kerabat perempuannya.
Baca Juga : Tunjungan Makin Nyaman, Wali Kota Surabaya Wacanakan Hapus Parkir Tepi Jalan
Sebagai puncak inisiatif sosial ini, pada Kamis, 4 Desember 2025, tim mahasiswa menempatkan Kotak Red Box berisi persediaan pembalut gratis di ruang publik. Kotak-kotak ini disebar di toilet kampus UPN Veteran Jatim dan Terminal Bungurasih. Langkah praktis ini bertujuan membantu perempuan yang mengalami datang bulan mendadak saat berada di fasilitas umum.

Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Dian Hutami S.Ikom, M.Med.Kom.
Baca Juga : Jalan Tunjungan Ditata Ulang untuk Dukung Wisata dan Kelancaran Lalu Lintas
"Kampanyenya bagus banget. Saya sangat mengapresiasi teman-teman yang bisa mengubah isu di masyarakat menjadi sebuah gerakan nyata. Ini membuktikan peran akademisi dalam mengedukasi dan memecahkan masalah di masyarakat," ujar Dian.
Respons masyarakat pun menunjukkan betapa pentingnya edukasi ini. Cia, salah satu warga, mengakui keresahannya.
"Saya masih malu-malu ngomongin pembalut, bahkan kalau bawa di tempat umum suka sembunyi-sembunyi," ujarnya.
Baca Juga : Atasi Kemacetan, Wali Kota Eri Cahyadi Tata Ulang Parkir TJU Jalan Tunjungan
Sementara itu, perspektif laki-laki diwakili oleh Verdo, yang mengatakan, "Kalau disuruh beli pembalut sih enggak apa-apa ya, cuma kalau bahas mengenai pembalut sama menstruasi memang belum terbiasa."
Gerakan "Bebas Sungkan" ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya poin ke-3 (Good Health and Well-being) dan poin ke-5 (Gender Equality).
Harapannya, inisiatif mahasiswa ini dapat memicu perhatian pemerintah untuk mencontoh negara-negara maju, yakni dengan menyediakan fasilitas pembalut gratis di setiap toilet umum yang ada di kota Surabaya. (*)
Editor : A. Ramadhan




















