Masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah berakhir pada 20 Oktober 2024, menandai berakhirnya dua periode jabatannya sebagai kepala negara. Dalam sepuluh tahun terakhir, Jokowi telah menghadapi berbagai tantangan nasional maupun internasional, termasuk pandemi COVID-19, konflik di Papua, kebocoran data nasional, dan pembangunan infrastruktur besar-besaran. Menjelang akhir masa jabatannya, Jokowi mengungkapkan keinginannya untuk beristirahat di Solo, kota asalnya yang memiliki makna khusus dalam hidupnya.
Langkah Jokowi untuk "pulang" dan beristirahat di Solo, sebuah kota yang menjadi awal karier politiknya, menarik perhatian publik. Jokowi menyebutkan bahwa setelah sepuluh tahun bekerja keras, masa istirahat ini sangatlah dibutuhkan. "Saya sudah sampaikan, saya mau tidur," ujar Jokowi dalam wawancara, seperti dilaporkan Kompas pada 21 Oktober 2024.
Selain mengumumkan rencana istirahatnya, Jokowi juga tetap memberikan perhatian pada isu-isu nasional hingga menjelang akhir masa jabatannya. Salah satu contohnya adalah situasi di Papua, di mana ia menekankan pentingnya keterlibatan TNI-Polri dalam menjaga keamanan dan mendukung pembangunan di daerah tersebut. Langkah ini menunjukkan bahwa, meskipun masa jabatannya hampir berakhir, Jokowi masih berkomitmen pada stabilitas nasional.
Dalam momen yang bersejarah ini, Jokowi juga mengadakan pertemuan dengan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pertemuan tersebut bertujuan untuk menyampaikan dukungan penuh bagi pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto, yang akan dilantik sebagai presiden berikutnya. Langkah ini dipandang sebagai sikap kenegarawanan Jokowi dalam memastikan transisi kepemimpinan yang damai dan stabil.
Tidak hanya itu, menjelang masa purnatugasnya, Jokowi juga menunjukkan kepeduliannya terhadap isu keamanan data nasional. Dalam kasus kebocoran enam juta data NPWP yang dijual di dark web, Jokowi dengan cepat merespons dan memerintahkan mitigasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Badan Siber dan Sandi Negara. Langkah ini menjadi bukti bahwa hingga akhir masa jabatannya, Jokowi tetap fokus pada isu-isu penting yang berdampak pada stabilitas negara.
Istirahat Jokowi di Solo bertepatan dengan pelantikan presiden dan wakil presiden baru, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, yang merupakan putra Jokowi. Momen ini menjadi simbol penting dalam peralihan generasi kepemimpinan nasional, sekaligus menjadi refleksi bagi Jokowi untuk menutup babak penting dalam sejarah politik Indonesia.
Masyarakat Solo menyambut kembalinya Jokowi dengan hangat. Di kota ini, Jokowi tampak lebih santai, berinteraksi dengan masyarakat dan menunjukkan rasa terima kasih atas dukungan yang diberikan selama dua periode kepemimpinannya. Meskipun istirahat di Solo, banyak yang memperkirakan Jokowi tetap akan memberikan kontribusi bagi negara, walaupun tidak lagi dalam kapasitas formal sebagai presiden.
Istirahat ini bukan berarti Jokowi akan benar-benar menghilang dari dunia politik dan kenegaraan. Sebagai mantan presiden, Jokowi masih memiliki pengaruh besar di Indonesia, baik secara politik maupun sosial. Banyak yang meyakini bahwa, setelah masa istirahatnya, Jokowi akan tetap terlibat dalam kegiatan kenegaraan untuk mendukung pembangunan Indonesia di masa depan. (*)