Tari Saman selalu hadir dalam perayaan Hari Santri di seluruh Indonesia, baik di tingkat nasional, pesantren, maupun sekolah. Kehadirannya bukan sekadar hiburan, melainkan memiliki makna religius dan simbolik yang erat kaitannya dengan sejarah perjuangan santri serta nilai-nilai keislaman.
Sejarah Tari Saman
Secara historis, Tari Saman berasal dari suku Gayo, Aceh, dan diciptakan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang dikenal gigih berdakwah pada abad ke-18. Tarian ini awalnya digunakan sebagai media dakwah untuk menyebarkan ajaran Islam di tengah masyarakat yang kala itu masih memegang adat dan budaya lokal. Gerakan tangan dan tepukan yang serempak bertujuan untuk menanamkan nilai disiplin, kebersamaan, dan kekuatan spiritual di antara para pengikutnya.
Menurut pemerhati budaya dan tradisi Islam bahwa Syekh Saman menggunakan tari ini untuk menyampaikan pesan agama dengan cara yang sederhana namun menyentuh hati. Ia menambahkan, lantunan syair dalam bahasa Arab dan Gayo yang diiringi tepukan tangan peserta menekankan nilai zikir, ketertiban, dan kesabaran nilai-nilai yang menjadi pondasi karakter santri.
Baca Juga : Gubernur Jatim Pimpin Apel Hari Santri di Ponpes Annur Malang
Selain makna spiritual, Tari Saman memiliki filosofi kebersamaan dan solidaritas. Tarian ini dilakukan secara berjamaah tanpa alat musik, hanya dengan suara tubuh dan lantunan syair. Hal ini melambangkan kesederhanaan pesantren, kekompakan santri, serta pentingnya bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama. Filosofi inilah yang membuat tarian ini sangat relevan dengan semangat Hari Santri, yang bertujuan menegaskan peran santri dalam menjaga agama dan persatuan bangsa.
Seiring waktu, Tari Saman juga berkembang menjadi simbol budaya Islam Nusantara yang diapresiasi secara luas. Pemerintah dan komunitas pesantren kerap menjadikan Tari Saman sebagai pembuka atau puncak acara peringatan Hari Santri, selain sebagai ajang memperkenalkan seni tradisi kepada generasi muda. Kehadiran tarian ini mengingatkan masyarakat akan sejarah panjang peran santri dalam pendidikan, dakwah, dan perjuangan kemerdekaan.
Dengan kombinasi nilai religius, sejarah, dan seni, Tari Saman bukan hanya mempertahankan tradisi budaya Aceh, tetapi juga menguatkan identitas santri sebagai pilar penting dalam masyarakat Indonesia modern. Kehadirannya dalam setiap Hari Santri menjadi simbol penghormatan terhadap jasa para ulama dan santri yang telah berkontribusi bagi pendidikan agama dan persatuan bangsa. (Fadillah Putri)
Baca Juga : Dzikir Akbar Meriahkan Hari Santri dan HUT Kota Batu
Editor : M Fakhrurrozi




















