SURABAYA - Khofifah Indar Parawansa mengajak seluruh masyarakat bersuka cita menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1445 H.
Menurutnya, bulan Ramadhan bukan hanya sekedar mengendalikan waktu makan dan minum. Lebih dari itu bulan yang lebih baik dari seribu bulan ini adalah momen yang sangat baik untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ibadah umat Islam dan meningkatkan kesalehan sosial.
“Alhamdulillah, kita segera bertemu kembali dengan bulan suci Ramadhan 1445 H. Bulan istimewa, yaitu bulan Ramadhan dimana ummat Islam dianjurkan untuk menerbar kebaikan karena bulan puasa adalah syahrur rahmah,” terang Khofifah yang juga Ketua PBNU dan Ketua Umum PP Muslimat NU, Sabtu (9/3/2024).
“Secara hakikat puasa Ramadhan tak hanya soal pengendalihan waktu makan dan minum, atau menghindari larang sebegaimana dalam fiqih puasa. Lebih dari itu, Ramadhan erat hubungannya dengan peningkatan bathiniah, kesalehan sosial dimana kita harus lebih santun, lebih cinta kepada fuqoro dan masakin,” imbuhnya.
Tokoh Nahdliyin Inspiratif versi Forkom Jurnalis Nahdliyin ini menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya di bulan Ramadhan meningkatkan amalan di bulan suci ini dengan memberi teladan untuk berbagi kepada sesama. Baik dalam bentuk zakat, infaq shadaqoh dan waqaf serta kebaikan lainnya.
Sedangkan di Indonesia, jelas Gubernur Jatim periode 2019-2024 ini, memiliki potensi luar biasa dalam hal zakat dan waqaf. Menurut catatan Baznas potensi zakat di Indonesia tahun 2022 sekitar Rp 327 triliun. Dan Jawa Timur yang memiliki 36 juta penduduk beragama Islam memiliki potensi zakat Rp 36 triliun.
“Menurut data Baznas dari sebanyak potensi itu rata rata pertahun tergali sekitar 10 persen. Indonesia kembali menjadi negara paling dermawan di dunia pada 2023,” tegasnya.
Melalui bulan puasa, dikatakan penerima Honorary Award for Global Peace and Women Empowerment atau Perdamaian Gobal dan Pemberdayaan Perempuan dari Minhaj-Ul-Quran International ini, Allah SWT memberi kesempatan kaum muslimin untuk meningkatkan solidaritas sosial, memberikan bantuan kepada mereka yang lebih membutuhkan secara sukarela dilandasi oleh rasa kemanusiaan dengan tanpa pamrih dengan pahala yang berlipat ganda.
Ramadhan dengan demikian mestinya bisa menciptakan kultur gotong royong dan keceriaan dalam berbagi. Ramadhan adalah tarbiyah untuk bersedekah, sekolahan yang efektif untuk menyapa mereka yang tidak berpunya.
“Alhamdulillah, selama saya manjadi Menteri Sosial 2014-2017 dan menjadi Gubernur Jawa Timur 2019-2023, kami mendorong ekosistem jaminan sosial dan kultur giving, loving and caring yaitu kebiasaan memberi, mencintai dan kepedulian sosial. Kami gelorakan bersama stake holders dan struktur formal maupun bersama yayasan sosial masyarakat, tokoh masyarakat dan kalangan industri semangat berbagi,” jelasnya.
Pengalaman Khofifah dalam mentransformasikan sistem bantuan sosial dan perlindungan sosial itu saya tuliskan dalam buku yang diterbitkan oleh Airlangga University Press tahun 2023 yang berjudul No One Left Behind: Upaya Indonesia Membangun Sistem Perlindungan Sosial Modern.
“Bagi saya bulan Ramadhan sangat erat dengan visi dan misi serta amanat kami dalam memimpin Jawa Timur. Kami diamanati oleh pemerintah untuk menjadikan semua bulan laksana bulan Ramadhan sebagaimana Undang Undang No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah kami untuk menangani berbagai masalah sosial masyarakat berkembang cukup pelik. Bahkan masalah masalah tersebut secara kualitatif dan kuantitatif cenderung mendalam dan meluas spektrumnya di Provinsi besar untuk menopang kejayaan Indonesia,” ujarnya.
Hal yang sama juga ia dorong dan sampaikan dalam banyak kesempatan aksi sosial dalam Muslimat Nahdlatul Ulama, serta yayasan sosial dalam Nahdlatul Ulama. Sebagaimana diketahui, jejaring Khofofah tidak hanya di kalangan NU dan Muslimat serta Badan Otonom lain namun juga kami kolaborasikan dengan kalangan Ponpes, kampus, organisasi sosial pada umumnya di Jawa Timur dan lembaga lembaga LAZISNU, LAZISMU, yayasan sosial non kegamaan.
Buku tersebut berisi tentang bagaimana transformasi sistem yang lebih efisien, modern dan berkelanjutan berdasar penggalian informasi lapangan dan usaha reformasi sistem tersebut serta bagaimana sistem yang tercipta tersebut mendapat pengakuan dunia.
“Semangat Ramadhan bisa meningkatkan virus positif filantropisme yaitu semangat atau kesadaran mendekati Sang Pencipta dengan jalan memberi, mencintai orang papa dan membantu sesama. Inilah esensi bulan Ramadhan sekaligus makna hakiki berpuasa, meningkatkan empati sosial,” ujarnya.
Semakin hari, menurutnya dewasa ini semakin banyak testimoni yang datang dari kalangan orang kaya papan atas yang mangatakan hidupnya seakan benar benar merasa bahagia setelah mereka bisa membantu sesama.
Bahkan di luar negeri, orang orang terkaya di dunia mendirikan yayasan sosial mengirimkan bantuan ke berbagai belahan dunia, dengan dua pernyataan yang jelas bahwa dengan charity (bersedekah), mereka hidup lebih tenteram Bahagia dan harta mereka tak pernah berkurang karena sedekah.
“Dari lapangan, saya mencatat bahwa semacam ada kesukacitaan masyarakat untuk membantu dan memperhatikan mereka yang membutuhkan pertolongan serasa meningkat di berbagai kalangan. Orang orang kaya menyisihkan sebagaian hartanya untuk mereka yang membutuhkan. Tampak jelas nyata bahwa Ramadhan ikut meningkatkan kepedulian sosial,” imbuhnya.
Semoga melalui bulan Ramadhan kita bisa meningkatkan gerakan peduli sesama demi kemanusiaan; membantu mereka mempunyai keterbatasan dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan asasinya, seperti halnya apabila terdapat bencana atau kerawanan. Hanya dengan itulah manisnya bulan suci Ramadhan terasa jelas di bumi ini,” pungkas Khofifah. (*)
Editor : M Fakhrurrozi