KOTA BATU - Warga Desa Beji, Kecamatan Junrejo, Kota Batu digemparkan dengan adanya fenomena tak lazim. Puluhan sapi milik peternak, mati mendadak dengan kondisi mengenaskan.
Peristiwa ini diketahui terjadi secara bergantian dalam kurun waktu yang berbeda. Tidak hanya dialami oleh satu peternak, melainkan belasan peternak yang ada di Desa Beji.
Salah satu peternak yang jadi korban adalah Indra Gunawan. Dia kaget karena sapi miliknya tiba-tiba jatuh kemudian mati pada Minggu (18/8/2024) malam.
"Sebelum mati, sapi saya dalam kondisi sehat dan gemuk. Tapi tiba-tiba saat dalam posisi berdiri, tiba-tiba langsung ambruk. Lalu tidak sadar dan mati," papar Indra, Rabu, (21/8/2024).
Menurut Indra, kejadian yang menimpa sapinya bukan pertama kali terjadi. Namun sudah beberapa kali sapi peternak lain mati. Dia merasa heran, karena jika sapi sakit biasanya didapati beberapa gejala, yakni tidak mau makan selama beberapa hari. Sehingga, kematian sapi mendadak tersebut membuat masyarakat kaget.
"Sebelum mati sapi saya masih mau makan seperti biasa. Saat mati, sapi mengeluarkan busa di hidungnya. Kemudian tubuhnya menjadi kaku," katanya.
Peristiwa sapi mati itu juga menimpa Kepala Desa Beji, Deny Cahyono. Sapi peliharaannya juga tiba-tiba mati mendadak dan belum diketahui penyebabnya.
"Betul mas, dari rentetan kejadian ini saya juga menjadi korban. Sapi saya satu juga mati mendadak dengan gejala yang sama," katanya.
Kejadian ini, lanjut Deny, terjadi dalam kurun waktu yang berbeda dan dialami oleh peternak yang berbeda pula. Ia menyebut, peristiwa ini pertama kali terjadi pada bulan Februari lalu.
"Peristiwa ini mulai terjadi sejak awal tahun 2024 mas, kira-kira bulan Februari dan terakhir terjadi ini hari Senin kemarin 19 Agustus itu. Matinya itu di hari yang berbeda, misalkan dalam satu kandang ya, hari senin mati kemudian hari kamis mati lagi satu. Terus bulan depan, kandang milik peternak lain yang mengalami kejadian yang sama," jelas Deny.
Deny mengungkapkan, ada 11 peternak yang menjadi korban dalam peristiwa ini. Sedangkan total sapi yang mati dari para peternak tersebut sekitar 21 ekor sapi.
"Ya kalau ditotal semuanya sejak Februari sampai senin kemarin, ya sekitar 21 sapi dari 11 orang peternak. Kalau soal kerugian ya tinggal mengalikan saja, 1 ekor sapi itu seharga 25-30 juta. Ya kira kira total bisa ratusan juta," tuturnya.
Menurut Deny, dari ciri-ciri kematian sapi yang tak lazim tersebut diduga akibat keracunan. Pihaknya kemudian melapor ke Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Batu serta ke pihak Kepolisian.
"Dari gejalanya yang tak lazim, kami menduga ini diracun potassium. Untuk meyakinkan warga, saya akhirnya lapor ke yang berwenang dan juga Dokter hewan di Puskeswan," terangnya.
Sementara itu, Dokter hewan dari Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Batu, telah melakukan pemeriksaan terhadap sapi di kandang Indra Kurniawan. Tim dokter mengambil beberapa organ sapi yang mati di lokasi tersebut untuk diteliti.
Dokter hewan Puskeswan RPH Kota Batu, Wulandari mengatakan, saat mengambil beberapa bagian organ dalam tubuh sapi, pihaknya mendapati perubahan beberapa organ sapi yang mati. Seperti lambung yang berubah menjadi warna merah.
"Jeroan seperti lambung biasanya hijau. Tapi pada kondisi sapi mati ini merah," ungkapnya.
Kemudian juga didapati perubahan warna pada usus. Jika umumnya usus pada sapi yang sehat warnanya putih, ditemukan warna menjadi kemerahan.
Menurut Wulan, perubahan organ tersebut intinya ada keracunan pada tubuh sapi. Ketika racun masuk pencernaan, membuat pembuluh darah pecah.
"Saat memecah pembuluh darah organ jadi merah,” tambahnya.
Namun, Wulan tidak bisa memastikan, bagaimana cara racun tersebut bisa masuk ke pencernaan sapi. Sebab, bisa jadi sapi mati akibat keracunan usai mengonsumsi rumput yang terkontaminasi pestisida.
"Kami belum tahu penyebab keracunannya. Apakah keracunan alami karena makan rumput yang mengandung pestisida. Atau dikarenakan faktor lainnya. Penyebab bisa macam-macam," tutupnya.(*)
Editor : M Fakhrurrozi