PACITAN - Pratu Miftahul Arifin merupakan anggota satgas Yonif 321/GT gugur pasca terjadi kontak senjata dengan Kelompok Separatis Teroris (KST) di Kabupaten Nduga, Papua pegunungan (15/4/23). Gugurnya prajurit terbaik TNI Angkatan Darat yang merupakan warga Desa Nangungan, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan menyisakan duka mendalam bagi sejumlah pihak terutama keluarga besar TNI dan keluarga almarhum.
Bagaimana tidak, menurut Parmini ibunda korban, menjadi seorang TNI merupakan cita-cita almarhum sejak kecil. "Berkeinginan menjadi seorang prajurit TNI sudah ia katakan sejak kecil bahkan semasa duduk dibangku kelas 3 SD dulu, dia selalu ingin membela negara " ujarnya.
Cita-citanya pun terwujud setelah menempuh pendidikan militer dan berhasil masuk sebagai prajurit TNI AD pada 2015 silam. Pada tahun 2018 almarhum sempat ditugaskan menjadi Satgas di Papua, dan ditugaskan kembali pada 2022 lalu. "Saat ditugaskan disana pada 2022 lalu tentu sebagai seorang ibu saya merasa khawatir akan keselamatannya, namun bagaimana lagi ini sudah menjadi tugas negara, " imbuhnya.
NKRI harga mati, semboyan itu nampaknya telah tertanam didalam jiwa Pratu Miftahul Arifin. Bapak satu anak ini bahkan kerap berpesan kepada keluarga dan istrinya Wakhida Nur Azizah agar anaknya Hala Mahdia Arifin yang kini masih berusia 2 tahun, kelak besar nanti bisa masuk pendidikan militer meneruskan jejak dirinya membela negara menjadi prajurit TNI.
Baca Juga : Evakuasi Jasad Pratu Miftahul Arifin, Masih Terjadi Kontak Senjata
"Jadi dulu suami saya pernah berpesan agar anaknya bisa masuk akademi militer, dengan begitu saya sebagai seorang istri berharap kepada pihak-pihak terkait dapat membantu, " jelas istri almarhum.
Reporter : Edwin Adji
Editor : Vita Ningrum