Dalam dunia politik, terutama pada era digital saat ini, efektivitas propaganda tidak hanya ditentukan oleh kebenaran, tetapi juga oleh cara penyajian dan pengulangan informasi yang disampaikan.
Semakin sering suatu klaim diulang, semakin besar kemungkinan seseorang untuk memercayainya, meskipun klaim tersebut mungkin tidak sepenuhnya akurat.
Fenomena ini dikenal sebagai illusory truth effect, di mana pengulangan dapat membentuk persepsi tentang kebenaran.
Dalam ranah politik, efek ini berfungsi sebagai alat yang sangat ampuh dalam propaganda yang dapat membentuk narasi yang berpotensi memengaruhi pandangan publik.
Apa itu illusory truth effect?
Illusory truth effect pertama kali diungkapkan oleh psikolog dari Temple University, Dr. Lynn Hasher, beserta timnya pada tahun 1977.
Penelitian mereka menunjukkan bahwa ketika individu terpapar pada suatu pernyataan yang sama secara berulang, mereka cenderung mempercayai pernyataan tersebut sebagai kebenaran, meskipun pada kenyataannya pernyataan itu tidak benar.
Proses ini berlangsung karena otak manusia cenderung lebih efisien dalam memproses informasi yang telah dikenali sebelumnya, menghasilkan apa yang disebut kelancaran kognitif.
Illusory truth effect dalam politik
Illusory truth effect sering digunakan untuk membentuk narasi dan opini publik.
Caranya adalah dengan mengulang pesan secara berulang, sehingga menciptakan kesan bahwa informasi yang disampaikan adalah benar.
Strategi propaganda yang memanfaatkan illusory truth effect sering muncul dalam bentuk penyebaran berita palsu dan disinformasi.
Contohnya, dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016, penggunaan metode "firehose of falsehood" oleh Donald Trump menunjukkan bagaimana informasi palsu disebarkan secara masif untuk menciptakan kebingungan dan mengalihkan perhatian publik dari fakta-fakta yang ada.
Situasi ini menciptakan kondisi post-truth, dimana emosi atau perasaan lebih mendominasi dibandingkan dengan fakta.
Melawan illusory truth effect
Di tengah maraknya informasi yang tidak akurat, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kemampuan literasi media serta keterampilan kritis dalam menilai informasi.
Memverifikasi sumber dan membandingkan informasi dari berbagai perspektif merupakan langkah penting untuk melawan illusory truth effect.
Hanya dengan cara ini, masyarakat dapat mempertahankan integritas demokrasi dan memastikan bahwa keputusan politik diambil berdasarkan fakta yang valid.
Dengan meningkatkan kesadaran dan pemahaman, kita dapat memutus rantai manipulasi informasi, menjadi lebih kebal terhadap propaganda, serta menciptakan ruang diskusi yang sehat dan berbasis fakta di tengah masyarakat.
Editor : Khasan Rochmad