SURABAYA - Media merupakan entitas penting bagi kita semua yang membutuhkan lingkungan hidup sehat dan nyaman. Meskipun tak berwujud, perannya sepenting sekolah tempat menuntut ilmu, waduk mengairi sawah, taman untuk olahraga, pabrik pemberi kerja, jalan untuk berlalu lalang, dan sarana prasarana peradaban modern lain yang layak, bermanfaat, dan bermartabat.
Bangsa ini, dengan berbagai masalah yang dihadapinya, membutuhkan media yang merekam peristiwa 24/7/365, menyajikan fakta, menyuarakan aspirasi publik, melakukan check and balance informasi, melawan penguasa lalim, kaum fanatik nasionalis, religius, dan buzzer bayaran yang memecah belah, menebar ketakutan dan berita palsu, menjadi musuh tangguh bos teknologi yang memanen laba dari konflik di media sosial, serta menyediakan ruang diskursus independen agar akal sehat terus terjaga.
Oleh karena itu, kondisi-kondisi yang merepresi media tidak bisa dilihat sebagai situasi yang insidental belaka dan sangat tidak dibenarkan.
Tindakan represi terhadap media, tidak hanya mengancam awak jurnalis di dalamnya, namun, juga masa depan peradaban sehat berkualitas, tempat hidup kita sekarang dan anak cucu kelak.
Menjaga media tetap independen dan objektif adalah tugas menyelamatkan masa depan. Mari mulai tugas itu dengan mengutuk pelaku teror ke media yang dilakukan dengan cara kotor dan pengecut seperti yang dilakukan berturut-turut kepada media Tempo Kamis (20/3) dan Sabtu (22/03).
Selanjutnya, mendesak aparat hukum untuk mengusut tuntas. Aktivitas media diatur dan dilindungi UU Pers No 40 tahun 1999 sehingga harus bebas dari teror dan intimidasi dari pihak manapun.
Namun, Data AJI (Aliansi Jurnalis Independen) menunjukkan bahwa kekerasan kepada puluhan wartawan terjadi setiap tahun. Data terbaru, sepanjang 2024 tercatat 73 kasus, mulai dari kekerasan non-fisik, fisik, hingga pembunuhan.
Vakumnya intervensi penegak hukum dalam penanganan kasus intimidasi kepada media tidak hanya melanggar UU, juga membuat kasus serupa sangat berpeluang terus terulang di masa mendatang.
JTV Bersama Tempo , kami melawan. (*)
Editor : M Fakhrurrozi