SURABAYA - Analisis sepeda motor mogok atau brebet setelah mengisi pertalite di SPBU
Setiap sepeda motor dirancang dengan karakteristik mesin (konfigurasi, kapasitas, dan rasio kompresi) yang disesuaikan dengan fungsi utama berkendara. Faktor-faktor tersebut secara langsung menentukan jenis dan spesifikasi bahan bakar yang sesuai untuk menghasilkan kinerja yang optimal, yaitu daya dan torsi tinggi dan emisi rendah.
Secara umum, Jenis sepeda motor diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Motor Bebek
Baca Juga : Puluhan Motor di Tuban Rusak Usai Isi Pertalite
Ciri Mesin:
Mesin berkapasitas kecil hingga menengah (100–150 cc), rasio kompresi relatif rendah (8,5–9,5 : 1), dan torsi maksimal pada putaran menengah.
Tujuan Penggunaan:
Transportasi harian, irit bahan bakar, mudah perawatan.
Kebutuhan Bahan Bakar:
Cukup menggunakan RON 90–92 (Pertalite atau setara).
Bahan bakar dengan RON terlalu tinggi tidak memberikan peningkatan performa signifikan karena tekanan kompresi mesin rendah.
b. Skuter Matik (Scooter/Automatic)
Ciri Mesin:
Umumnya 110–160 cc, transmisi CVT, rasio kompresi menengah (9,5–10,5 : 1).
Tujuan Penggunaan:
Kenyamanan dan kemudahan berkendara di perkotaan.
Kebutuhan Bahan Bakar:
Disarankan RON 92 (Pertamax) agar pembakaran lebih bersih dan efisien.
Penggunaan RON rendah berpotensi menyebabkan knocking dan konsumsi BBM meningkat.
c. Motor Sport
Ciri Mesin:
Rasio kompresi tinggi (10,5–13 : 1), kapasitas mesin 150–1000 cc atau lebih, dengan sistem DOHC dan pendingin cair.
Tujuan Penggunaan:
Performa tinggi, akselerasi cepat, dan kecepatan maksimum.
Kebutuhan Bahan Bakar:
Wajib menggunakan RON tinggi (RON 95–98) seperti Pertamax Turbo atau setara.
Bahan bakar dengan RON rendah akan menyebabkan knocking dan konsumsi BBM meningkat.
d. Motor Touring / Adventure
Ciri Mesin:
Kapasitas besar (250–1000 cc), rasio kompresi menengah hingga tinggi (10–12 : 1), torsi besar di putaran bawah.
Tujuan Penggunaan:
Perjalanan jarak jauh dan kondisi jalan bervariasi.
Kebutuhan Bahan Bakar:
RON 92 ke atas, tergantung rasio kompresi.
Diperlukan bahan bakar dengan kestabilan tinggi terhadap perubahan suhu dan tekanan.
Secara matrik di tunjukkan sebagai berikut:
Rasio Kompresi Mesin
Rekomendasi RON Bahan Bakar
< 9 : 1
RON 88–90
Mesin sederhana, efisiensi sedang
9 – 10 : 1
RON 90–92
Umum untuk motor bebek dan matik
10 – 11,5 : 1
RON 92–95
Motor sport menengah
> 11,5 : 1
RON ≥ 95
Motor performa tinggi atau racing
Matriks Analisis Unjuk Kerja Sepeda Motor Tidak Maksimal
Ciri-Ciri / Gejala
Kemungkinan Penyebab Utama
Penjelasan Teknis
Akibat / Dampak
1. Akselerasi lambat / tenaga lemah
- Kompresi mesin menurun (ring piston aus, klep bocor)
- Filter udara kotor
- Bahan bakar RON rendah
Tekanan pembakaran tidak optimal dan suplai udara terbatas menyebabkan tenaga tidak maksimal
Konsumsi BBM meningkat, keausan piston lebih cepat
2. Mesin brebet / tersendat :
- Injektor / karburator kotor
- Campuran udara-bahan bakar tidak ideal
- Busi kotor atau rusak
Pembakaran tidak sempurna (misfire) pada beberapa siklus
Mesin sulit stasioner, emisi CO & HC meningkat
3. Mesin cepat panas (overheating):
- Pendingin kurang / radiator kotor
- Pelumasan buruk
- Timing pengapian tidak tepat
Gesekan dan beban termal meningkat
Risiko piston macet, umur mesin berkurang
4. Knocking / Ngelitik :
- Bahan bakar oktan rendah
- Endapan karbon di ruang bakar
- Waktu pengapian terlalu maju
Terjadi detonasi (pembakaran spontan) sebelum TMA
Piston rusak, suara kasar, efisiensi menurun
Konsumsi BBM meningkat
- Filter udara kotor
- Tekanan ban kurang
- Injektor bocor / tidak efisien
ECU menambah suplai bahan bakar untuk menjaga tenaga
Biaya operasional meningkat, emisi naik
Knalpot berasap hitam
- Campuran terlalu kaya (rich mixture)
- Busi lemah
- Sistem injeksi tidak terkalibrasi
Kelebihan bahan bakar yang tidak terbakar sempurna
Emisi tinggi, kerak karbon di ruang bakar
Sulit starter / idle tidak stabil
- Busi rusak
- Sistem pengapian lemah
- Sensor MAP / IAC bermasalah
ECU salah membaca kondisi beban dan udara
Mesin mudah mati, tenaga awal lemah
Getaran dan suara kasar
- Pemasangan tidak seimbang
- Dudukan mesin longgar
- Keausan komponen mekanik
Ketidakseimbangan rotasi mesin dan transmisi
Kenyamanan menurun, potensi kerusakan komponen meningkat
Detail Analisis khusus untuk sepeda motor yang kinerjanya brebet setelah diisi pertalite
1. Kualitas Bahan Bakar yang Tidak Konsisten
Pertalite memiliki angka oktan (RON) 90, lebih rendah dari Pertamax (RON 92) atau Pertamax Turbo (RON 98). Jika mesin motor didesain untuk RON tinggi (misalnya motor injeksi modern, kompresi 10:1 ke atas), maka saat diisi Pertalite, pembakaran tidak optimal.
Mesin “brebet”, tenaga menurun, atau sulit distarter.
Suara knocking (detonasi dini).
Penyebab teknis:
Nilai oktan rendah → pembakaran tidak sesuai timing.
Akibatnya: tenaga drop, putaran mesin tidak stabil, bahkan bisa mati mendadak.
2. Bahan bakar Pertalite tercampur air
Pertalite yang tercampur air dapat terjadi kondisi penyimpanan di SPBU yang tidak ideal.
a. Air dalam tangki SPBU
Air lebih berat dari bensin → mengendap di dasar tangki.
Jika pompa SPBU mengambil bahan bakar dari bagian bawah → air ikut tersedot ke tangki motor.
b. Efeknya di mesin:
Air tidak bisa terbakar → menyebabkan misfire (brebet).
Campuran udara–bahan bakar menjadi terlalu “lean” (miskin bahan bakar).
Menyebabkan knocking, idle tidak stabil, bahkan mesin mogok.
3. Adanya Gum, Endapan, atau Kontaminan
Jika tangki penyimpanan di SPBU sudah lama tidak dibersihkan atau bahan bakar tercampur dengan residu, karat, atau gum (getah bensin teroksidasi), maka:
Filter bahan bakar/injektor tersumbat.
Aliran bahan bakar ke ruang bakar terhambat.
Mesin “brebet” pada akselerasi karena suplai bahan bakar tidak konstan.
Penyebab gum:
Paparan udara dan panas → oksidasi bensin → terbentuk resin/gum.
Ini sering terjadi pada Pertalite karena stabilitas oksidasi lebih rendah dibanding Pertamax.
4. Ketidaksesuaian Rasio Campuran Udara–Bahan Bakar (AFR)
Pertalite memiliki kandungan hidrokarbon ringan (seperti butana, pentana) yang lebih volatil.
Pada cuaca panas atau tekanan rendah:
Uap bensin terbentuk berlebihan → campuran terlalu kaya (rich mixture).
Sebaliknya, bila tekanan tinggi atau bensin tercampur air:
Campuran terlalu miskin (lean mixture).
Kedua kondisi ini menyebabkan brebet atau mesin tidak stabil.
5. Sistem Bahan Bakar Motor yang Sensitif (Khususnya Motor Injeksi)
Motor injeksi modern memiliki sensor oksigen (O₂), throttle position sensor, dan ECU (Engine Control Unit). Jika bahan bakar memiliki kualitas berbeda (RON rendah, kadar air tinggi, atau volatilitas berubah), ECU perlu waktu beradaptasi.
Rasio campuran tidak sesuai → mesin tersendat .
Kadang mesin mati saat idle karena ECU gagal menyesuaikan injeksi.
6. Faktor Tambahan dari SPBU
Beberapa kondisi di lapangan juga berpengaruh besar:
Penyebab di SPBU
Dampak pada Motor
Tangki bawah tanah tidak dibersihkan rutin
Endapan ikut tersedot
Air masuk karena hujan atau kelembapan tinggi
Kontaminasi bahan bakar
Campur sisa pengiriman bahan bakar sebelumnya
Oktan menurun
Pencampuran tidak homogen
Mesin “brebet” dan knocking
Editor : M Fakhrurrozi



















