TULUNGAGUNG - Sektor perhotelan dan restoran di Kabupaten Tulungagung saat ini tengah menghadapi tekanan berat. Kebijakan efisiensi anggaran pemerintah menyebabkan tingkat hunian hotel menurun drastis dan membuat sebagian pelaku usaha terpaksa menghentikan operasional.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Tulungagung periode 2025–2030, Rifqi Firmansyah, mengungkapkan bahwa tingkat okupansi hotel saat ini berada di bawah 10 persen setiap bulannya. Banyak hotel mengalami kerugian operasional hingga akhirnya disewakan bahkan dijual.
“Lebih dari 80 persen anggota PHRI mengalami penurunan pendapatan yang signifikan. Beberapa terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga menutup usahanya,” jelas Rifqi.
Rifqi menyebutkan bahwa sumber pendapatan utama hotel dan restoran di Tulungagung berasal dari kegiatan rapat dinas dan acara seremonial pemerintah. Namun, sejak adanya kebijakan efisiensi, kegiatan tersebut kini hampir sepenuhnya ditiadakan.
Baca Juga : Dampak Efisiensi, Bisnis Hotel dan Restoran di Tulungagung Terpuruk, PHRI Minta Pemkab Bertindak
Sebagai langkah penyelamatan sektor ini, PHRI mendorong Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tulungagung untuk mulai membangun ikon wisata yang dapat menarik minat investor dan wisatawan. Selain itu, PHRI juga mengajak Pemkab duduk bersama menyusun strategi promosi serta pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Menanggapi hal ini, Bupati Tulungagung Gatot Sunu Wibowo mengakui adanya dampak efisiensi terhadap penurunan kegiatan di hotel. Ia menyebut bahwa sejumlah rapat dan acara instansi kini dialihkan ke Pendopo Kabupaten sebagai bagian dari penghematan anggaran sesuai arahan pusat.
“Kami siap berkolaborasi dengan PHRI untuk mencari solusi, asalkan tetap sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat,” kata Gatot Sunu.
Baca Juga : Terdampak Efisiensi Anggaran, BMKG Tegaskan Tetap Beri Pelayanan Maksimal
Pemkab Tulungagung juga berkomitmen mendorong dinas terkait agar mendukung sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dengan melibatkan PHRI sebagai mitra strategis.
Kondisi ini menjadi momentum penting bagi semua pihak untuk bersama-sama menyelamatkan sektor perhotelan dan restoran yang kini berada di titik nadir. (Agus Bondan/Beny Setiawan)
Editor : JTV Kediri