KOTA PROBOLINGGO - Banyak cara untuk melestarikan budaya dan tradisi asli daerah. Seperti yang ada di Kota Probolinggo, puluhan petani melakukan silaturahmi dengan menggelar Karapan Sapi Brujul atau karapan sapi pembajak sawah. Saat ini, tradisi tersebut sudah masuk warisan tak benda milik Kota Probolinggo. Seperti apa keseruan karapan sapi di lintasan berlumpur ini?
Akhirnya para petani di Kota Probolinggo hingga petani seputar wilayah Tapal Kuda di Jawa Timur kembali gembira. Setelah dua tahun vakum karena covid-19, karapan sapi brujul akhirnya kembali digelar di Kota Mangga.
Karapan Sapi Brujul saat ini sudah masuk dalam warisan tak benda milik Kota Probolinggo yang dikeluarkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2019.
Tradisi ini merupakan ajang silaturahmi dan pestanya para petani saat musim tanam tiba. Maka tak heran, saat lomba digelar selalu dipadati penonton. Pesertanya sendiri datang dari seputar Probolinggo, Lumajang, Jember, Situbondo hingga Bondowoso.
Baca Juga : Momentum Idul Adha 1445 H, BPBD Jatim Sembelih 4 Ekor Sapi dan 7 Ekor Kambing
Sapi -sapi yang dilombakan ini bukanlah sap karapan pada umumnya, melainkan sapi jantan yang biasa dimanfaatkan membajak sawah. Namun di era modern, sapi-sapi tersebut sudah lagi tidak digunakan membajak sawah. Bahkan, sapi tersebut bisa mahal jika sering juara dalam lompa Karapan Sapi Brujul.
Sebelum tanding, sapi dipijat terlebih dulu pada beberapa bagian, seperti leher, serta kaki-kakinya. Sebelum bertanding, sapi-sapi diberi jamu ramuan khusus agar tak mudah lelah.
Lintasan atau sirkuitnya juga bukan lapangan seperti kerapan sapi pada umumnya, melainkan lintasan berlumpur sepanjang 100 meter yang berada di Kecamatan Wonoasih. Nantinya, dua ekor sapi yang dipasang keleles dan seorang joki beradu cepat sampai garis finish.
Baca Juga : Viral, Seekor Sapi Ngamuk Ditengah Proses Pemotreran Pengantin
Pengenalan lintasan sangat diperlukan, salah satunya dengan pemanasan berjalan di sepanjang lintasan hingga menjajal lintasan.
Saat pertandingan dimulai, usai bendera merah start diangkat, dua pasang sapi dilepas menaklukkan lintasan berlumpur sampai finish. Tak jarang pula saat adu cepat, sapi keluar lintasan hingga sapi tidak mau lari.
Uniknya, tidak sedikit para joki berasal dari kalangan remaja yang tanpa rasa takut terlempar. Mereka terus menghentak sapi agar bisa berlari kencang. Seringnya mencangkul disawah, menurut mereka sudah bentuk latihan fisik sebelum bertanding.
Baca Juga : Serunya Karapan Sapi Brujul, Pestanya Para Petani di Kota Probolinggo
Solihin, salah satu joki karapan sapi brujul mengatakan ada perbedaan antara karapan sapi brujul dan karapan sapi biasa. "Lintasannya licin karena berlumpur," ucap joki yang baru saja menjadi juara di lomba ini.
Selain terus melestarikan warisan leluhur, karapan sapi brujul ini pestanya para petani di Kota Probolinggo, hingga akhirnya sampai wilayah Tapal Kuda di Jawa Timur. Jika sering sering juara, harga dua pasang bisa mencapai Rp 500 juta.
Ade putra, pemilik sapi, mengaku memberikan perawatan kepada sapi-sapinya secara maksimal.
Baca Juga : Mutilasi Sapi di Perbukitan Tuban Gemparkan Warga
"Seminggu sekali, saya memberi 50 telur untuk sapi-sapi saya. Selain telur juga saya kasih kunyit," ujar Ade. Sapi-sapi milik Ade sering juara sehingga membuat harganya melambung tinggi.
Petani berharap, Pemerintah Kota Probolinggo bisa mengusulkan digelarnya Piala Presiden Karapan Sapi Brujul. (Farid Fahlevi)
Editor : Iwan Iwe