SURABAYA - Portal JTV menggelar sharing session belajar membuat film dokumenter yang digelar secara hybrid di Ruang Rapat VIP JTV dan via zoom meeting pada Rabu, 11 September 2024.
Kegiatan pembekalan bagi peserta program magang JTV digital ini menghadirkan dua narasumber yang berpengalaman. Mereka yakni Anton Subandrio dan Muniroh selaku sutradara dan fotografer film dokumenter "Yang (tak pernah) Hilang".
Anton Subandrio atau biasa dikenal sebagai Cak Su, hadir memaparkan tentang bagaimana cara penyutradaraan film dokumenter. Menurutnya, menjadi sutradara film dokumenter dituntut untuk bisa moderat.
Sebab, film dokumenter harus menampilkan alur serealistis mungkin dalam bentuk visual yang menarik. Oleh karena itu, tindakan moderat seorang sutradara terhadap narasumber dan tim diperlukan sebagai bahan pertimbangan agar film bisa sampai ke audiens dengan baik.
Sikap ini, lanjutnya, bisa dipelajari sepanjang memiliki visi yang jelas seperti memahami inti cerita dan gaya penceritaannya. Yang paling penting, sering berkoordinasi dengan teman satu tim agar konsepnya bisa matang di semua bagian.
"Saya berharap nanti teman-teman peserta bisa membuat film yang monumental, agar bisa membawa dampak," jelas sutradara yang dulunya seorang fotografer jurnalistik ini.
Sementara narasumber lainnya Muniroh atau yang akrab disapa Muni Moon menekankan pentingnya menentukan konsep dan topik yang menarik. Terutama bagaimana menggali potensi dari orang-orang yang tidak terkenal menjadi menarik untuk dibahas.
Selain itu, kesabaran dan ketekunan sangat diperlukan saat membuat film dokumenter. Sebab menurutnya seorang fotografer tidak boleh memaksakan adegan, harus natural dan apa adanya.
Etika dalam proses pembuatan film dokumenter juga harus selalu diperhatikan. Baginya etik memegang peran penting untuk menghadirkan rasa percaya narasumber terhadap tim dan jalan untuk tidak memanipulasi data yang diperoleh.
Dalam workshop yang menjadi bagian dari JTV Sinau Bareng ini, Muni Moon mengatakan bahwa film dokumenter yang baik dan efektif adalah film yang mampu memberikan dampak kepada penontonnya. Hal ini bisa dilihat dari tindakan penonton setelah menonton film tersebut.
"Film dokumenter itu tujuannya untuk mendidik, memberikan pelajaran untuk orang lain. Tapi kita sebagai pembuat filmnya tidak bisa menentukan bagaimana bentuk dampak dari film yang kita garap," tuturnya.
Sementara Project Leader Portal JTV, Iwan Iwe mengatakan, melalui program ini diharapkan mahasiswa magang dapat memperoleh ilmu baru dalam dunia dokumenter bersama ahlinya.
"Ini sebagai value yang kita berikan ke mereka (mahasiswa magang) sebelum terjun ke dunia pekerjaan," tutupnya.
Sebagai informasi, program JTV Sinau Bareng ini akan terus berlanjut. Rencananya, pada Jumat (13/9/2024) mendatang akan ada sharing session tentang voice over yang akan diikuti mahasiswa program magang JTV digital.
Foto-foto: Yanuar Chandra
Editor : A.M Azany