Sebuah studi para peneliti di Stanford University mengungkapkan fakta bahwa Indonesia merupakan negara paling malas jalan kaki di dunia. Studi itu menyebut rata-rata orang Indonesia berjalan kaki hanya 3.513 langkah per hari.
Ada banyak penyebab mengapa orang Indonesia malas jalan kaki, salah satunya adalah karena pejalan kaki masih dinomorduakan dibanding pengendara kendaraan bermotor. Masyarakat dan pemerintah kurang menghargai para pejalan kaki.
Beberapa hal seperti fasilitas seperti trotoar tidak dibikin nyaman hingga dirampasnya hak-hak para pejalan kaki oleh PKL dan pengendara motor membuat masyarakat malas menggunakan trotoar.
Koalisi Pejalan Kaki (Kopeka) Surabaya merupakan sebuah komunitas yang mengajak masyarakat untuk lebih menghargai para pejalan kaki terutama di pinggir jalan raya, trotoar, maupun sedang menyeberang.
Baca Juga : Galakkan Aksi Peduli Lingkungan, Komunitas Peduly Surabaya Bersih-bersih Pantai Kenjeran
Terbentuk pada 24 Februari 2021, Kopeka berawal dari Aditya Ikhsan, warga Surabaya sekaligus inisiator yang sering melihat pejalan kaki yang hendak menyeberang tapi kondisi jalan sangat ramai sehingga dapat membahayakan.
“Keresahan-keresahan itu membuat saya tergerak membuat Kopeka. Tujuannya untuk memperjuangkan hak-hak pejalan kaki untuk nyaman dan selamat,” ujar Aditya kepada Portaljtv.com.
Menurutnya, sejak terbentuk banyak masyarakat yang mengikuti sepak terjang Kopeka. Kegiatan-kegiatan Kopeka banyak di-share di akun Instagram @kopekasurabaya dan Twitter @projectkopsby. Dari komentar-komentar yang masuk, kesadaran untuk memberi hak-hak kepada para pejalan kaki mulai tampak.
Baca Juga : Komunitas Peduly Surabaya Gelar Workshop untuk Bantu Generasi Muda Atasi Kecemasan
Beberapa kegiatan kolaborasi untuk mengampanyekan hak para pejalan kaki juga dilakukan Kopeka. Di awal 2023, Kopeka pernah berkolaborasi komunitas sejarah, Oud Soerabaja Hunter dalam rangka memperingati Hari Pejalan Kaki Nasional yang jatuh pada 22 Januari 2023. Kegiatan ini mengajak masyarakat untuk melihat langsung kondisi fasilitas pejalan kaki yang ada di Surabaya.
Beragam kegiatan pun dilakukan mulai dari kluyuran atau berjalan di salah satu kawasan, tamasya trotoar yang bertujuan mengawasi pejalan kaki di sebuah jalan, dan beberapa kegiatan yang bersifat edukasi.
“Untuk jadwal kumpulnya tidak pasti karena menyesuaikan jam kerja para anggota dan komunitas,” ujar Aditya.
Baca Juga : Kopeka Surabaya, Komunitas yang Fokus Ajak Masyarakat Hargai Hak-Hak Pejalan Kaki
Aditya menambahkan meski sudah mengalami kemajuan, Kopeka juga menemui beberapa hambatan. Di antaranya terkait sumber daya di mana isu pejalan kaki masih kurang diminati banyak kalangan. Selain itu, kurangnya koordinasi dengan pemangku kebijakan di mana masyarakat termasuk Kopeka kurang dilibatkan dalam sebuah kebijakan yang berhubungan dengan pejalan kaki.
“Kami berupaya membuat kegiatan interaktif yang bisa menarik banyak orang. Tujuannya agar kegiatan berjalan kaki tidak semata-mata dianggap olahraga biasa namun banyak manfaat lain di dalamnya,” ucap Aditya terkait dengan upaya komunitasnya mengampanyekan hak pejalan kaki.
Kopeka juga terus mendorong terkait isu ini dengan cara berkomunikasi lebih lanjut dengan para pemangku kebijakan. “Untuk rencana ke depan, Kopeka akan rutin membuat suatu kegiatan yang berkelanjutan melalui kolaborasi, mengajak pihak terkait untuk turun tangan, dan yang terakhir memperbanyak jumlah anggota,” pungkasnya. (Taufiq Rahman)
Baca Juga : Komunitas Tari Untag Surabaya, Wadah Mahasiswa Geluti Tarian Tradisional dan Modern
DATA KOMUNITAS:
Nama: Kopeka (Koalisi Pejalan Kaki) Surabaya
Bio Komunitas: Sebuah gerakan kolektif di Surabaya, yang berfokus pada edukasi dan advokasi hak-hak pejalan kaki, mempromosikan keselamatan jalan, mengawal isu yang berkaitan erat seperti polusi udara, transportasi ataupun kota berkelanjutan.
Baca Juga : English Conversation Club Surabaya, Belajar Bahasa Inggris Sekaligus Bangun Relasi
Terbentuk: 24 Februari 2021
Jumlah anggota: 5 orang
Platform: Instagram (@kopekasurabaya), Twitter (@projectkopsby)
Topik komunitas: Mobilitas, Keselamatan Jalan, Public Space dan Kota Berkelanjutan
Editor : Iwan Iwe