JEMBER - Hari Angkutan Nasional yang sejatinya menjadi ajang penghormatan bagi para pejuang roda empat di jalanan, justru menyuguhkan potret muram di Terminal Tawangalun, Jember. Kamis, 24 April 2025, belasan angkot tampak terparkir rapi namun lesu. Belum satu pun pun penumpang yang naik. Ini bukan hari libur. Bukan pula karena mogok beroperasi. Ini adalah wajah keseharian bagi para sopir angkot di Jember yang semakin kehilangan penumpang.
Hamzah (52), sopir angkot jurusan Tawangalun–Arjasa, memandangi jalanan dengan sorot mata yang lelah. Dua dekade lebih ia menggantungkan hidup dari setir dan gas. Kini, ia lebih sering pulang tanpa membawa apa-apa.
“Kadang seharian muter cuma dapat empat penumpang. Kalau lagi apes, gak dapat sama sekali,” ucapnya lirih. Hari itu, ia sudah parkir sejak pagi, berharap ada satu dua orang naik. Tapi harapan tinggal harapan.
"Pernah dari jam 5 subuh, sampai maghrib kita pulang, sama-sekali tidak ada penumpang. Kita tekor bensin, mas," imbuhnya.
Baca Juga : Kunjungan Wisatawan di Kota Batu Berkah Buat Sopir Angkot
Pendapatan harian yang diterima pun tak sebanding dengan pengeluaran. Rp 100.000 per hari menjadi angka keberuntungan, padahal dari jumlah itu harus dipotong bensin dan setoran kendaraan. “Sering kali habis buat operasional. Pulang bawa lelah, bukan uang,” tambahnya.
Cerita Hamzah bukanlah satu-satunya. Syaiful, sopir angkot jurusan Tawangalun–Pakusari, juga merasakan getir yang sama. Ia menyebut hanya mengangkut empat orang dalam sehari, masing-masing dengan ongkos Rp 7.000. Padahal, biaya bensin dan setoran mencapai Rp 60.000 per hari. Kondisi ini diperparah oleh persaingan yang makin ketat dari kendaraan pribadi dan layanan transportasi online.
Ali Hasan, sopir angkutan pedesaan, menyebut titik terjun dimulai sejak pandemi. Penumpang terus berkurang, dan tak kunjung kembali normal.
"Sekarang penumpang tidak pernah sampai penuh. Tiga atau empat orang penumpang, ya berangkat saja," ujar Ali. Kondisi itu membuat Ali merugi, karena masih harus menanggung biaya bahan bakar.
“Seringnya malah nombok,” katanya singkat.
Peringatan Hari Angkutan Nasional kali ini terasa sunyi bagi para sopir angkot di Jember. Mereka berharap pemerintah tak hanya merayakan hari besar, tetapi juga hadir dengan solusi nyata.(*)
Editor : A. Ramadhan