SURABAYA - Hasyim Asy'ari, pemuda 32 tahun asal Bangil, Kabupaten Pasuruan, bukan sekedar kiai muda. Pria yang akrab disapa Gus Ayik ini adalah kiai muda perawat salah satu pesantren tertua di Nusantara. Ia adalah putera KH Fahrur Rozi tokoh pendiri Forum Komunikasi Kiai Kampung Jawa Timur (FK3JT).
Ketua Umum Forkom Jurnalis Nahdliyin (FJN), Muhamad Didi Rosadi mengungkapkan, Pondok Pesantren Canga'an yang diasuh oleh Gus Ayik berusia lebih dari 3 abad, tepatnya 312 tahun. Hingga saat ini, pondok pesantren ini masih eksis dan memberikan pendidikan agama kepada santri, baik yang menetap mau pun kepada masyarakat sekitar pondok atau sering disebut santri kalong.
"Gus Ayik ini Istiqomah merawat Pesantren Canga'an yang merupakan salah satu pondok tertua di Nusantara. Dianugerah Satu Abad NU tertulis Pondok Canga'an berdiri 1711 atau sudah berusia 312 tahun. Kami mengapresiasi peran Gus Ayik dalam merawat Ponpes Canga'an. Ini salah satu alasan kami memberi penghargaan Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif 2023 kepada beliau," kata Didi Rosadi, Rabu (22/11/2023).
Pria yang akrab disapa Diday ini menjelaskan, Pondok Canga'an bukan sekedar pondok tertua tapi juga pondok bersejarah. Banyak pendiri Nahdlatul Ulama menimba ilmu di Canga'an.
Baca Juga : Ratusan Ribu Jamaah Ikuti Istighotsah Kubro Bersama PCNU Bangil
Diday menambahkan, mereka tak hanya pendiri NU tapi juga pendiri bangsa. Bahkan beberapa tercatat sebagai pahlawan nasional, seperti KH. Hasyim Asy'ari dari Tebuireng, Jombang.
"Sejumlah tokoh yang pernah nyantri di pondok Canga'an diantaranya Syekhona Kholil, KH Hasyim Asy'ari, KH Hasbullah," terang Diday.
Menurut kader GP Ansor ini, merawat pondok pesantren Canga'an ini bukan sekedar menjalankan tradisi keilmuan. Tetapi juga merawat sejarah bangsa.
Sebab lanjut Diday, di pondok Canga'an ini tersimpan sejarah dan menjadi saksi hidup perjalanan bangsa, termasuk sejarah tokoh-tokoh NU.
"Pondok Canga'an ada jauh sebelum NU lahir. Pondok ini lah yang melahirkan tokoh-tokoh yang mendirikan NU. Kami support Gus Ayik yang ikut menjaga tradisi keilmuan sekaligus merawat sejarah," ujar jurnalis koran terbitan Surabaya ini.
Gus Ayik mengatakan, ia tak menyangka mendapat apresiasi dari perkumpulan jurnalis nahdliyin yang tergabung dalam FJN. Ia berterima kasih dengan apresiasi tersebut.
Alumni Pesantren Lirboyo Kediri tahun 2014 itu mengaku hanya meneruskan tradisi keilmuan di NU. Apalagi ia kebetulan adalah bagian dari keluarga Pondok Canga'an.
"Terus terang saya kaget atas penghargaan ini, tapi saya berterima kasih dengan sahabat-sahabat FJN. Semoga ini menjadi kebaikan bersama," pungkas menantu KH Muzakki Syah, pengasuh Ponpes Al Qodiri, Jember. (*)
Editor : M Fakhrurrozi