SURABAYA - Disabilitas Berkarya adalah sebuah komunitas yang didirikan oleh Leo Arif Wibisono pada tahun 2022, bertujuan untuk mendukung anak-anak disabilitas dalam menemukan bakat dan potensi mereka.
Melalui bimbingan yang intensif, komunitas ini telah membantu banyak anak disabilitas, termasuk anak-anak dari Rumah Anak Prestasi (RAP) untuk berprestasi di berbagai bidang.
Komunitas ini tidak hanya melatih, tetapi juga membantu anak-anak disabilitas untuk menampilkan karya mereka melalui berbagai pameran dan lomba.
"Komunitas ini didirikan dengan tujuan agar anak-anak disabilitas bisa menemukan semangat dan kepercayaan diri mereka. Kami ingin mereka memiliki karya yang diakui dan bisa dikenal oleh masyarakat luas,” jelas Leo.
Disabilitas Berkarya secara aktif mengajar di Rumah Anak Prestasi, tempat anak-anak disabilitas mendapatkan berbagai pelatihan keterampilan.
Salah satu program dari Disabilitas Berkarya adalah pelibatan anak-anak dalam berbagai pameran dan lomba, seperti acara Daur Rupa.
Selain mengembangkan keterampilan dalam membatik, mereka juga mendapatkan pelatihan di bidang lain seperti fotografi, seni rupa, kerajinan tangan, fashion, dan masih banyak lagi.
Namun, menurut Leo, ada banyak yang tantangan yang dihadapi dalam mengajar anak-anak disabilitas. Terutama dalam hal komunikasi, karena tidak semua anak bisa langsung memahami instruksi.
"Tapi dari proses panjang itu, kami menemukan banyak anak berbakat yang mampu mengembangkan diri mereka, intinya harus banyak bersabar,” tambahnya.
Namun, dengan kesabaran, ia yakin bahwa setiap anak memiliki bakat yang bisa diasah. Karena banyak dari mereka yang awalnya minder, namun setelah mereka dilatih dan berprestasi, kepercayaan diri mereka semakin tumbuh.
Salah satu contoh kesuksesan adalah Kiking, anak tuna rungu dan wicara dari UPTD Kampung Anak Negeri yang sekarang bekerja sebagai fotografer di Dinas Sosial, setelah dibimbing oleh Disabilitas Berkarya dan menerima penghargaan dari Unicef.
Sementara menurut Diana Suteja, orang tua dari Belva, seorang anak tunarungu yang mengikuti komunitas ini merasa pelatihan yang diberikan sangat membantu anak-anak disabilitas menemukan minat mereka.
"Pelatihan ini sangat membantu anak-anak disabilitas menemukan passionnya. Anak berkebutuhan khusus itu kita tidak bisa tahu langsung di mana minatnya, jadi berbagai pelatihan harus dicoba,” ujarnya.
Belva sendiri sempat mencoba beberapa pelatihan seperti tata rias dan salon, namun pada akhirnya menemukan minat dan bakatnya di bidang menggambar. “Sekarang sudah terlihat kemampuannya di bidang membatik dan menjahit,” tambahnya.
Editor : A.M Azany