MAKKAH - Pembatasan operasional terminal bus Shalawat menjelang salat Jumat membuat banyak jemaah haji Indonesia tidak bisa menuju Masjidil Haram seperti biasa. Akibatnya, mereka diarahkan untuk salat Jumat di musala hotel atau masjid terdekat. Meski begitu, ibadah tetap berlangsung khusyuk dan tertib.
Jawa Pos melaporkan, Salah satu lokasi yang ramai jemaah adalah Hotel 311, yang juga menjadi Kantor Sektor 3 Daerah Kerja (Daker) Makkah. Di musala hotel ini, jemaah pria dan wanita mengikuti salat Jumat dengan khidmat. Prof. Arifuddin Ahmad yang menjadi khatib, dalam khotbahnya mengingatkan pentingnya kejujuran dan keikhlasan dalam berhaji.
“Kalau ada pelanggaran ihram, kecil atau besar, harus tetap jujur,” ucap Arifuddin. “Haji mabrur tidak ada ganjarannya kecuali surga,” tegasnya.
Sebelumnya, otoritas Masjidil Haram mengumumkan bahwa seluruh terminal bus Shalawat, yakni Syib Amir, Jiad, dan Jabal Ka'bah hanya beroperasi maksimal hingga pukul 09.00 waktu Arab Saudi setiap Jumat. Padahal, jemaah Indonesia biasanya baru berangkat sekitar pukul 11.00 waktu setempat.
Baca Juga : Jelang Puncak Haji, PPIH Arab Saudi Siaga 24 Jam di Masjidil Haram
“Ini langkah pengamanan dan pengendalian keramaian. Untuk hari Jumat, bus Shalawat hanya beroperasi sampai jam 9 pagi dan baru jalan lagi jam 2 siang,” jelas Kepala Seksi Transportasi Daker Makkah, Syarif Rahman.
Selain itu, akses menuju Masjidil Haram juga dibatasi karena lonjakan jemaah dari berbagai negara menjelang puncak haji. Beberapa rute ditutup oleh askar (petugas keamanan) untuk menghindari kemacetan dan kerumunan di tengah suhu yang mencapai 40 derajat Celsius.
Baca Juga : Jelang Puncak Haji, 35 Ribu Jemaah Belum Terima Kartu Nusuk
“Jemaah diimbau tidak memaksakan diri ke Masjidil Haram, apalagi saat cuaca terik. Lebih baik salat Jumat di musala hotel untuk menjaga kebugaran,” ujar Kepala Sektor 3 Daker Makkah, Ikbal Ismail.
Meski tidak di Masjidil Haram, jemaah tetap mendapatkan keutamaan ibadah Jumat. Menurut Mustasyar Bimbingan Ibadah PPIH, KH Abdul Moqsith Ghazali, sebagian ulama berpendapat bahwa seluruh wilayah Tanah Haram masih termasuk keutamaan Masjidil Haram.
“Salat di hotel tetap berpahala seperti di Masjidil Haram, selama masih berada dalam area Tanah Haram,” jelas Moqsith.
Baca Juga : Pembagian Terkendala, Jemaah Tanpa Kartu Nusuk Dijamin Bisa Masuk Makkah dan Masjidil Haram
Ia merujuk tafsir Surat Al-Isra ayat 1, yang menunjukkan bahwa Isra Nabi dimulai dari rumah Ummu Hani, lokasi di luar masjid saat itu, namun tetap masuk area Tanah Haram. Moqsith juga menekankan pentingnya keamanan dan kesehatan, terutama bagi jemaah lanjut usia, berisiko tinggi (risti), dan difabel.
“Ibadah haji bukan hanya sah, tapi bagaimana kita bisa menjalankannya dengan ikhlas, aman, dan terjaga kesehatannya,” pungkasnya. (Dhimas Ginanjar)
Editor : A. Ramadhan