SURABAYA - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data yang menunjukkan angka pernikahan di Indonesia mengalami penurunan sebesar 7,51 persen jika dibandingkan pada tahun 2022. Pada tahun 2023 angka pernikahan di Indonesia mencapai 1,58 juta.
Dalam satu dekade terakhir, angka pernikahan di Indonesia dapat dikatakan yang paling rendah dan puncak tertingginya terjadi pada tahun 2013 dengan catatan sebanyak 2,21 juta pernikahan.
Pernikahan terbanyak pada tahun 2023 terjadi di Jawa Barat yakni 317.715 jika merujuk kategori provinsi, sedangkan pernikahan yang terendah pada tahun 2023 terjadi di Papua Selatan yaitu hanya mencapai 871 pernikahan.
Sementara Provinsi Jawa Timur mencatatkan jumlah pernikahan menurut kabupaten/kota terus memperlihatkan perubahan angka pernikahan dalam 3 tahun terakhir.
Baca Juga : KPU Jatim Ajak Semua Elemen Jaga Keamanan Pelaksanaan Pilkada Serentak 2024
Sebanyak 316.103 pernikahan terjadi pada tahun 2020 kemudian di tahun 2021 sebanyak 298.543. Sementara tahun 2022-2023 Jatim tercatat sejumlah 305.458.
Fenomena terjadinya angka penurunan pada pernikahan ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya ekonomi yang tidak stabil, mental yang belum siap, kondisi sosial budaya yang mulai modern dan terbuka.
Kemudian maraknya kasus KDRT, dan perselingkuhan menjadi alasan bagi sejumlah masyarakat untuk tidak menjalin hubungan.
Baca Juga : Debat Ketiga Pilgub Jatim 2024 Digelar Hari Ini, Angkat Tema Akselerasi Pembangunan Infrastruktur
Tingginya kasus perceraian juga dapat dikatakan sebagai salah satu faktor kuat untuk tetap melajang. Setidaknya dalam 3 tahun ke belakang provinsi Jawa Timur mencatat angka talak dan cerai menurut kabupaten/kota yang terus bertambah.
Pada tahun 2020 sebanyak 61.870 angka perceraian kemudian di tahun 2021 sejumlah 88.235 kasus dan pada tahun 2022-2023 setidaknya terdapat 102.065 kasus.(*)
Editor : A.M Azany