LUMAJANG - Sejumlah pengungsi erupsi Gunung Semeru di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, mulai terserang berbagai penyakit setelah tiga hari bertahan di lokasi pengungsian. Mereka mengeluhkan demam, diare, batuk pilek, hingga sesak napas, sementara stok obat di posko kesehatan semakin menipis.
Memasuki hari ketiga pascaerupsi, para pengungsi yang menempati ruang kelas SDN 4 Supiturang terpaksa tidur beralaskan karpet di tengah suhu malam yang sangat dingin. Kondisi ini diduga menjadi penyebab meningkatnya keluhan kesehatan, terutama pada bayi dan balita.
Tenaga medis dari Puskesmas Pronojiwo, Ika Yuli terus melakukan pemeriksaan bergantian untuk memastikan kondisi para pengungsi. Namun keterbatasan obat-obatan membuat penanganan tidak bisa maksimal.
“Untuk keperluan bayi dan balita yang pertama ada alas tidur, lalu makanan siap saji, susu serta popok balita, dan yang paling mendesak baju bayi,” ujarnya.
Baca Juga : Kemensos Salurkan Bantuan untuk Warga Terdampak Erupsi Gunung Semeru
Ia menambahkan, sejumlah pengungsi mengalami keluhan serius.
“Tadi ada yang mengeluhkan demam tinggi, sakit kepala, sesak napas, ada juga beberapa balita yang batuk pilek. Untuk obat sedang kami mintakan kepada puskesmas,” jelasnya.
Hingga kini, total pengungsi akibat erupsi Gunung Semeru mencapai 1.116 jiwa yang tersebar di sembilan titik pengungsian. Pemerintah dan relawan diharapkan segera menambah suplai obat-obatan serta kebutuhan mendesak lainnya guna mencegah kondisi para pengungsi semakin memburuk. (Fadillah Putri)
Baca Juga : Polisi Beri Trauma Healing Anak-Anak Korban Erupsi Semeru di Lumajang
Editor : M Fakhrurrozi



















