Perkembangan teknologi mendorong kemudahan konsumen dalam melakukan banyak hal seperti berinteraksi dan berkomunikasi kemudian sampai pada melakukan transaksi belanja secara daring. Melakukan belanja daring memberikan banyak kemudahan seperti belanja dimanapun dan kapanpun, membandingkan harga dengan cepat sehingga dapat lebih efektif dan efisien. Dari sisi pemasar, perkembangan teknologi ini memudahkan mereka untuk dapat menyimpan, mengekstrak, menyimpulkan, menggunakan, menjual, dan membagikan informasi konsumen untuk digunakan dalam mempersonalisasi dan menyesuaikan pesan iklan. Tujuannya adalah agar iklan tepat sasaran (Boerman & Smit, 2023).
Menurut Baek & Morimoto (2012) iklan yang dipersonalisasi disusun berdasarkan informasi pribadi yaitu seperti nama pengguna, Riwayat pembelian, aspek psikografis, lokasi, dan gaya hidup pengguna. Jadi, setiap pengguna dapat menerima iklan yang berbeda, karena pemasar menyusun iklan dan mengirimkannya iklan yang sangat relevan dengan lokasi saat ini dan lingkungan sekitar setiap konsumen (Tong et al., 2020).
Ada manfaat tentu ada risiko? Kita
sering sekali mendengar kalimat seperti itu karena memang begitu adanya.
Sebagian konsumen merasakan kemudahan dalam mendapatkan produk yang diinginkan
dengan tepat sebagian konsumen merasa hal tersebut dapat mengganggu domain
pribadi konsumen karena konsumen cenderung menganggap informasi pribadi mereka
terancam sehingga menjadi jengkel dan tidak percaya pada upaya persuasive yang
dilakukan pemasar. Pada akhirnya konsumen menghindari iklan bahkan melakukan
block. Kekhawatiran privasi ini dikatakan juga sebagai kepribadian seseorang
artinya tidak semua konsumen merasa khawatir terkait data pribadinya.
Seperti hasil penelitian yang dilakukan (Lina & Setyanto,
2021).) ketika iklan sesuai dengan preferensi konsumen, maka konsumen
merasa tayangan iklan berguna dan dibuat hanya untuk mereka sendiri sehingga
berdampak positif terhadap niat pembelian produk. Namun efek positifnya lebih
lemah ketika konsumen memiliki perhatian privasi yang tinggi. Artinya saat
konsumen yang memiliki kekhawatiran terhadap data pribadi ini tinggi,
kebermanfaatan iklan ini menjadi menurun.
Bedasarkan Social Exchange
Theory (Emerson, 1976) individu mengevaluasi pertukaran sosial
berdasarkan biaya dan imbalan yang terlibat. Dalam penargetan iklan dalam media
sosial ini konsumen hanya akan terlibat dan berpartisipasi dalam pertukaran
tersebut jika imbalannya lebih besar daripada biayanya yang didapatkan
(penargetan dengan data konsumen). Bagaimana konsumen memandang manfaat
dan biaya yang didapatkan ini sangat penting dalam menentukan apakah mereka
menerima atau menghindarinya, yang pada gilirannya memengaruhi perilaku
pembelian.
Apa yang harus dilakukan pemasar?
Mengedukasi konsumen
Strategi yang dilakukan dengan
tujuan efektif dan efisien bagi pemasar selalu menghasilkan dua sisi yaitu
memberikan manfaat dan risiko bagi konsumen. Namun menurut Robin (1970) kepuasan
total konsumen cukup fleksibel dan dapat diubah untuk menghasilkan tingkat
kepuasan total yang lebih tinggi dengan penerapan ilmu pengetahuan lebih lanjut
pada pemasaran. Hal ini dapat dicapai melalui pendidikan konsumen. Jika
konsumen menyadari bahwa tujuan invasi atas privasi mereka adalah untuk
menghasilkan efisiensi pemasaran yang lebih besar, dan dengan demikian lebih
banyak keuntungan bagi konsumen. Meminta persetujuan konsumen sebelum melakukan
penargetan akan memudahkan pemasar.
Hanya melakukan pelacakan kontekstual
Menyajikan iklan yang relevan tanpa
menggunakan data pribadi seperti melakukan penargetan berdasarkan waktu saat
ini atau cuaca (Boerman & Smit, 2023).
Apa yang harus dilakukan konsumen?
Perhatikan setiap kegiatan dalam
Internet
Ketika melakukan selancar di
Internet kita perlu hati-hati serta menggunakan internet dengan bijak. Hindari
melakukan kunjungan pada situs yang tidak diketahui sumbernya
Tidak menyetujui pelacakan
Pada berbagai perusahaan yang
peduli terhadap privasi biasanya memberikan pertanyaan dan beberapa poin
pernyataan dalam penggunaan data pribadi dan kegiatan di Internet. Seperti
pilihan mengizinkan/ tidak sebelum melacak pengguna serta terdapat menu dalam
pencarian Google mengumumkan untuk menghapus cookie pihak ketiga serta berhenti
menjual iklan berdasarkan penjelajahan individu. Jika anda sangat peduli
terhadap privasi maka ini dapat dilakukan untuk mengindari penggunaan data
dalam Internet.
Sebagai konsumen pada era digital
ini penggunaan data memang tidak dapat dihindari jika menginginkan kemudahan
dalam bertransaksi. Namun tentu saja konsumen punya kendali penuh untuk
melakukan persetujuan dan menolak pengumpulan data.
*) Lia Febria Lina, Mahasiswi Doktoral Ilmu Manajemen, Universitas Airlangga.
Sumber:
Baek, T., & Morimoto, M.
(2012). Stay away from me. Journal of Advertising, 41(1),
59–76. https://doi.org/10.2753/JOA0091-3367410105
Boerman, S. C., & Smit, E. G.
(2023). Advertising and privacy: an overview of past research and a research
agenda. International Journal of Advertising, 42(1),
60–68. https://doi.org/10.1080/02650487.2022.2122251
Emerson, R.M. (1976), “Social
exchange theory”, Annual Review of Sociology, Vol. 2 No. 1, pp. 335-362.
Lina, L. (n.d.). Privacy
Concerns in Personalized Advertising Effectiveness on Social Media. https://doi.org/10.29259/sijdeb.v5i2.147-156
Tong, S., Luo, X., & Xu, B.
(2020). Personalized mobile marketing strategies. Journal of the
Academy of Marketing Science, 48(1), 64–78. https://doi.org/10.1007/s11747-019-00693-3
Robin, D. (1970). 4. Toward a
Normative Science in Marketing. Journal of Marketing, 73–76.