SURABAYA - NLR Indonesia bersama KBR dan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga Surabaya menggelar kegiatan SUKA Goes To Campus, di Gedung Kuliah Bersama, Kampus C Unair Surabaya, Rabu (20/9/2023).
Kegiatan SUKA Goes To Campus merupakan rangkaian proyek SUKA (Suara untuk Indonesia Bebas dari Kusta) yang diinisiasi NLR Indonesia sejak 2021 untuk meningkatkan pengetahuan warga kampus dan mendorong aksi nyata khususnya mahasiswa ilmu kesehatan tentang penyakit tropis terabaikan yang salah satunya adalah kusta. Proyek ini menggandeng media, komunitas blogger, universitas, sektor swasta, organisasi profesi dan organisasi penyandang disabilitas.
Kegiatan SUKA Goes to Campus di Unair ini menghadirkan sejumlah pembicara. Diantaranya dr. Christina Widaningrum, Technical Advisor NLR Indonesia; Dr. M. Atoillah Isfandiari, Wakil Dekan FKM Universitas Airlangga; dr. Regitta Indira Agusni, Staf Departemen Drmatologi serta Venereologi FK M. Darojat, Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK).
Asken Sinaga, Direktur Eksekutif NLR Indonesia, mengatakan tujuan digelarnya acara ini adalah untuk mengajak mahasiswa agar dapat berpartisipasi aktif dalam menyebarluaskan informasi yang benar seputar kusta dan stigma. Selain itu, Mahasiswa juga makin termotivasi untuk berpartisipasi aktif sebagai agen perubahan dalam penanganan kusta melalui cara-cara yang kreatif dan berkesinambungan di era digital ini, serta makin banyak mahasiswa ilmu kesehatan yang berminat bekerja untuk penyakit tropis terabaikan terutama kusta.
“Diharapkan mahasiswa sebagai agent of change, cendikiawan dan penggerak perubahan kearah yang lebih baik dapat meningkatkan motivasi dalam memberikan sumbangsih pada penanganan kusta di Indonesia melalui pengetahuan, penelitian, pengabdian dan pengembangan pada isu kusta yang komprehensif dan inovatif di era digital,” ujarnya kepada portaljtv.com, Rabu (20/9/2023).
Hal ini juga dikatakan oleh M. Atoillah Isfandari, Wakil Dekan FKM Unair Surabaya, yang menyebut kampus dan mahasiswa mempunyai peran penting dalam penanganan kusta di Indonesia. Menurutnya di era Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), mahasiswa khususnya di bidang kesehatan dapat langsung terjun dan mengetahui permasalahan yang ada di masyarakat, khususnya penyakit kusta. Kampus juga bertindak sebagai penyedia pendidikan dan pelatihan bagi mahasiswa dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kusta.
"Kita juga menyediakan pengetahuan terkait kusta , yang disediakan oleh Fakultas kesehatan masyarakat Unair Surabaya, untuk meningkatkan pemahaman tentang kusta termasuk cara pencegahan , pengobatan dan manajemen kasus," kata Atoillah.
Sementara itu, dr. Regitta Indira Agusni, Staf Departemen Drmatologi serta Venereologi FK menjelaskan kusta adalah penyakit infeksi kronis yang berlangsung minimal selama dua tahun. Untuk penularan hanya terjadi pada kontak erat, hanya pada orang yang belum mendapat pengobatan.
"Penularan via droplet, namun bukan berarti bertemu sebentar maka dapat tertular, karena range penularan bisa terjadi satu hingga lima tahun," jelas dr.Regitta.
dr Regitta menambahkan, di Indonesia sendiri, jumlah kasus baru dan secara keseluruhan stabil berada di peringkat tiga secara internasional. Sedangkan di Jawa Timur, jumlahnya masih cukup tinggi meskipun secara wilayah sudah tereliminasi karena banyaknya jumlah penduduknya.
Berdasarkan data, Indonesia masih menempati peringkat ketiga dunia dalam jumlah kasus kusta tahunan antara 15.000 hingga 17.000 kasus selama lebih dari satu dekade setelah India dan Brazil. Selain pengetahuan publik yang minim tentang penyakit menular ini, kondisi kebersihan lingkungan dan imunitas tubuh disinyalir menjadi factor risiko penularan penyakit kusta. Kondisi kebersihan tempat tinggal dan sanitasi dapat dinilai dari berbagai aspek, seperti lingkungan fisik, akses air bersih, keberadaan toilet, akses pembuangan sampah, dan pembuangan limbah rumah tangga.(Selvi Wang)
Editor : M Fakhrurrozi