JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang masih terjadi di wilayah Indonesia.
Kendati beberapa wilayah sudah memasuki musim kemarau, tetapi belum sepenuhnya mengalami. Sebagian besar wilayah masih dalam masa peralihan sehingga cuaca ekstrem masih mengintai.
"Meskipun kita sudah memasuki pertengahan musim kemarau, berbagai faktor atmosfer global dan regional masih mendukung terjadinya hujan lebar dan cuaca ekstrem di banyak wilayah," kata Kepala BMKG.
Lebih lanjut, Dwikorita Karnawati menuturkan wilayah yang berisiko mengalami cuaca ekstrem hujan lebat disertai angin kencang sepekan ke depan adalah Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Papua.
Baca Juga : BMKG Sebut Anomali Musim Sebabkan Cuaca Ekstrem Masih Terjadi di Indonesia
Anomali cuaca ini disebabkan adanya fenomena atmosfer yang melanda wilayah Indonesia. Fenomena seperti gelombang ekuatorial Rossby dan Kelvins serta zona konvegensi dan pertemuan angin.
Selain itu, potensi sirkulasi siklonik di sekitar Samudra Hindia dan Pasifik, terus mendorong pembentukan awan hujan dalam skala luas. Ini yang menyebabkan terbentuknya awan-awan penyebab hujan deras.
BMKG memprakirakan bahwa potensi cuaca ekstrem ini masih terjadi pada 12–18 Juli 2025. Selain hujan deras disertai angin kencang, gelombang tinggi laut juga telah diberikan peringatan untuk diwaspadai.
Baca Juga : Cuaca Ekstrem Masih Berpotensi Terjadi di Indonesia, Kepala BMKG Minta Seluruh Pihak Waspada
Dwikorita meminta masyarakat tetap memperhatikan perkembangan cuaca secara berkala dan tidak menganggap enteng potensi cuaca ekstrem yang bisa datang secara tiba-tiba.
"Masyarakat harus tetap waspada, meskipun secara kalender kita berada di musim kemarau. Jangan lengah. Cuaca bisa berubah cepat dan membawa dampak besar," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Editor : Khasan Rochmad