MAGETAN - Musim tanam jagung tahun ini menjadi masa sulit bagi para petani di Kabupaten Magetan. Selain harga jual jagung yang tidak stabil, mereka juga dihadapkan pada dua persoalan besar: kekeringan dan serangan hama.
Minimnya pasokan air akibat musim kemarau menyebabkan pertumbuhan jagung terhambat di sejumlah lahan. Tak sedikit tanaman yang gagal menghasilkan tongkol sempurna. Banyak biji jagung tampak keriput bahkan kosong, sehingga berdampak pada penurunan hasil panen baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.
Di sisi lain, serangan hama seperti tikus dan burung turut memperparah kondisi. Tanaman yang mulai siap panen justru rusak digerogoti tikus atau dimakan burung ketika tongkol mulai matang. Hal ini menimbulkan kekhawatiran besar bagi petani, karena potensi kerugian meningkat seiring minimnya hasil panen.
Arjo Mijan, salah satu petani jagung asal Desa Sumberagung, Kecamatan Plaosan, mengatakan bahwa musim tanam kali ini jauh lebih berat dibanding tahun sebelumnya.
Baca Juga : Wisata Dam Jati Sepi dan Terbengkalai, UMKM Sekitar Terancam Gulung Tikar
“Tahun ini sangat berat. Hama makin banyak, air susah, hasilnya pun jelek. Kami butuh bantuan, terutama soal irigasi dan penanggulangan hama,” ujarnya.
Para petani berharap ada langkah nyata dari pemerintah, terutama dalam penyediaan air saat musim kemarau serta pendampingan dalam menghadapi serangan hama. Tanpa dukungan tersebut, ancaman gagal panen terus membayangi para petani jagung, khususnya yang berada di wilayah pegunungan Magetan.
Editor : JTV Madiun