SURABAYA - Setiap tahunnya pada tanggal 1 Mei, diperingati sebagai Hari Buruh Internasional. Peringatan ini lahir dari gerakan kaum buruh yang memperjuangkan hak-hak mereka, memperbaiki jam kerja, hidup dan upah layak, hingga perlindungan sebagai pekerja.
Di tengah perekonomian yang tak stabil, di balik pagar tinggi yang memproduksi harapan, dan bisingnya suara industri pabrik yang sedang dilakukan oleh seorang buruh, mereka adalah tenaga pekerja yang perlu diberi upah layak.
Tak sekadar itu, buruh juga kerap menjadi tulang punggung untuk menafkahi keluarga demi penghidupan layak. Ini membuat kehadiran mereka sangat oleh keluarga di rumah.
Kehidupan seorang buruh erat kaitannya bagaikan mozaik, jalan kehidupan yang sering kali diwarnai keringat dan semangat.
Mereka memulai kehidupan itu sebelum menjelang pagi dengan berangkat subuh, menempuh jalan yang jauh demi pekerjaan hingga tak lekang mengeluh.
Meskipun kehidupan memaksa mereka untuk bertahan demi sebuah rupiah, semangat para buruh tetap menyala dan pantang menyerah untuk menyuarakan hak-hak mereka.
Hal tersebut pernah dilakukan oleh Patricia atau akrab dipanggil dengan sebutan Cia. Warga asli Kota Surabaya ini pernah bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik produksi pengelolaan rumah tangga di daerah Rungkut, Surabaya.
Cia menceritakan pengalaman bekerja sebagai buruh yang menurutnya juga di bawah tekanan sesuai dengan jobdesk yang dikerjakan, seperti diharuskan untuk bekerja mengejar target penjualan.
"Kalau saya di sini untuk lingkungan kerjanya cukup nyaman tidak toksik untuk tertekan. Kadang iya kalau kejar target sih kak, jobdesk saya satu bulannya atau satu harinya mencapai 20 juta, nanti bagaimana saya bisa mencapai target itu,” kata Cia saat ditemui pada Rabu (30/4/2025).
Sebagai seorang buruh, juga tak jauh dengan kata upah yang diterima olehnya. Menurut Cia, gajinya saat ini tergolong cukup. Namun, untuk kebutuhan jangka panjang penghasilannya dirasa kurang memadai.
"Gajinya sendiri cukup buat kebutuhan sehari-hari, tapi menurut saya buat jangka panjang sangat kurang lumayan minim dan saya sendiri mendapat gaji sekitar 2 Jutaan, kalau untuk pabrik besar mungkin masih diatas UMR,” tambah Cia.
Selain menceritakan suka dukanya menjadi seorang buruh pabrik, mulai dari lingkungan pekerjaan, jobdesk pekerjaan hingga upah, perempuan 22 tahun ini juga memberikan pendapatnya mengenai hari buruh.
"Untuk hari buruh itu sebagai upaya untuk menyuarakan hak para buruh seperti adanya gaji yang minim, dengan mengerjakan 2 hingga 3 jobdesk sekaligus, bahkan sampai ada beberapa perusahaan yang menahan ijazah menurut saya kurang efektif,” ujarnya.
Cia menunjukkan bahwa menjadi seorang buruh bukanlah pekerjaan yang muda. Tak hanya sekadar buruh pabrik, semua pekerja yang menerima upah pada dasarnya merupakan seorang buruh.
Apa yang disampaikan Cia ini merupakan harapan tersendiri pada hari buruh ini. Dengan adanya peringatan hari buruh dan hak-hak yang diperjuangkannya, tentunya hal tersebut diharapkan bisa membuat buruh lebih sejahtera.
Semoga semua buruh mendapatkan kesejahteraan yang memang seharusnya didapatkan semestinya. Selamat Hari Buruh!
Editor : Khasan Rochmad