International Women's Day atau Hari Perempuan Internasional, yang diperingati setiap tanggal 8 Maret, merupakan momentum penting untuk merayakan pencapaian perempuan sekaligus refleksi atas perjuangan panjang menuju kesetaraan gender.
Setiap tahunnya, International Women's Day dirayakan dengan tema berbeda sebagai fokus aksi mengkampanyekan kesetaraan gender. Lantas, apa tema International Women's Day 2025?
Tema International Women's Day
Mengutip laman UN Women, pada tahun 2025 ini, PBB mengusung tema "For All Women and Girls: Rights. Equality. Empowerment" atau "Untuk Semua Perempuan dan Anak perempuan: Hak. Kesetaraan. Pemberdayaan" dalam peringatan International Women's Day.
Baca Juga : International Women's Day, Tema dan Sejarah yang Melatarbelakanginya
Dalam konteks ini, terdapat tiga bidang utama yang menjadi fokus untuk mempercepat aksi menuju kesetaraan:
- Memajukan hak-hak perempuan dan anak perempuan
- Mengkampanyekan kesetaraan gender
- Mendorong pemberdayaan yang inklusif
Sejarah International Women's Day
Peringatan ini lahir dari keresahan perempuan terhadap budaya patriarki yang mengakar kuat yang merampas hak dan kebebasan perempuan.
Baca Juga : 5 Destinasi Wisata Sejarah di Jawa Timur, Ada Candi hingga Museum!
Para perempuan dari kalangan kelas pekerja merasa tertindas dengan kebijakan jam kerja yang lebih dari 12 jam. Namun, upah yang mereka terima tidak sebanding dengan waktu bekerja mereka.
Selain itu, tidak ada jaminan sosial dan kesehatan terhadap pekerja perempuan, serta diskriminasi dalam hak pilih di dunia politik. Dari banyaknya diskriminasi dan pengekangan lahirlah gerakan demonstrasi pada 8 Maret 1857.
Aksi demonstrasi tersebut diinisiasi oleh buruh perempuan yang bekerja di pabrik tekstil di New York, Amerika Serikat.
Baca Juga : Jejak Sejarah: Apakah Adolf Hitler Benar-benar Mati di Garut?
Mereka menuntut tindakan semena-mena yang dilakukan oleh atasan mereka dalam hal pemberian upah yang rendah dan abai terhadap kekerasan yang terjadi terhadap buruh perempuan.
Setelah itu, pada 8 Maret 1908, sekitar 15.000 buruh perempuan di pabrik Garmen, New York City melakukan demonstrasi menuntut jam kerja yang lebih pendek, upah yang lebih baik, dan hak untuk memilih.
Setahun kemudian, pada 1909, Hari Perempuan Nasional pertama kali diperingati di Amerika Serikat pada 28 Februari, sesuai dengan deklarasi Partai Sosialis Amerika.
Baca Juga : 3 Museum di Surabaya yang Wajib Dikunjungi, Sarat Sejarah!
Ide untuk merayakan Hari Perempuan secara internasional kemudian diusulkan oleh Clara Zetkin, seorang aktivis dan pembela hak-hak perempuan, pada Konferensi Internasional Perempuan Pekerja di Kopenhagen, Denmark, tahun 1910.
Konferensi tersebut dihadiri oleh lebih dari 100 perempuan dari 17 negara, sebagai perwakilan dari serikat pekerja, partai sosialis, dan klub perempuan pekerja.
Usulan ini disepakati, dan pada 19 Maret 1911, Hari Perempuan Internasional pertama dirayakan di Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss. Perayaan terebut dihadiri oleh lebih dari satu juta perempuan dan laki-laki.
Baca Juga : 5 Novel Fiksi Sejarah Indonesia yang Wajib Dibaca, Memperkaya Perspektif!
Mereka mengkampanyekan hak-hak perempuan agar setara di mata dunia dengan memiliki hak untuk bekerja di berbagai sektor, mendapat jaminan sosial dan kesehatan, berpartisipasi dalam pemilu, mendapatkan pelatihan, memegang jabatan publik, dan menghentikan budaya patriarki.
Pada periode 1913-1914, menjelang Perang Dunia I, tanggal 8 Maret ditetapkan sebagai Hari Perempuan Internasional di Rusia.
Sejak saat itu, tanggal tersebut dimanfaatkan untuk pertemuan dan aksi solidaritas perempuan di berbagai negara. PBB secara resmi mulai memperingati Hari Perempuan Internasional pada tahun 1975.
Peringatan Hari Perempuan Internasional 2025 bukan sekadar seremonial tahunan, tetapi menjadi pengingat akan perjuangan panjang menuju kesetaraan gender.
Semangat perjuangan ini harus terus dilanjutkan, agar hak, kesetaraan, dan pemberdayaan perempuan dapat benar-benar terwujud di masa depan.
Editor : Khasan Rochmad