Gibran Rakabuming Raka , saat ini menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia, sebelumnya dikenal sebagai Wali Kota Solo. Dalam perannya sebagai pemimpin, Gibran berkomitmen meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satu isu yang menjadi sorotan adalah sistem zonasi dalam penerimaan siswa baru, yang diterapkan untuk memastikan pemerataan akses pendidikan. Sistem ini bertujuan mengurangi kesenjangan pendidikan antara daerah maju dan kurang berkembang melalui pembatasan wilayah bagi calon siswa.
Namun, Gibran baru-baru ini menyatakan pandangannya bahwa sistem zonasi perlu dihapus. Pernyataan ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat, khususnya orang tua dan pendidik. Penting untuk menganalisis dampak dari penghapusan sistem zonasi ini terhadap masa depan pendidikan di Indonesia.
Tujuan dan Permasalahan Sistem Zonasi
Sistem zonasi diterapkan untuk menciptakan pemerataan akses pendidikan yang lebih adil. Sebelum sistem ini diberlakukan, sekolah-sekolah favorit di perkotaan sering kali didominasi oleh siswa dari keluarga mampu, sementara siswa dari daerah terpencil kesulitan mendapat akses ke pendidikan berkualitas.
Baca Juga : Perkuat Silaturahmi Ulama-Umara, Wapres Gibran Kunjungi Pesantren Mambaul Ulum Banyuwangi
Sistem zonasi bertujuan menghapuskan stigma “sekolah favorit” dengan memastikan bahwa setiap anak, terlepas dari latar belakang ekonomi, memiliki kesempatan yang sama. Sistem ini juga mendorong pengembangan sekolah di daerah terpencil agar kualitas pendidikan di seluruh Indonesia meningkat.
Namun, pelaksanaan sistem ini menghadapi berbagai kendala. Siswa berprestasi sering kali merasa dirugikan karena tidak bisa masuk ke sekolah yang diinginkan akibat batasan wilayah. Situasi ini menciptakan frustrasi di kalangan siswa dan orang tua yang merasa bahwa pencapaian akademis tidak dihargai. Selain itu, praktik manipulasi alamat untuk masuk sekolah tertentu justru memperburuk ketidakadilan yang berusaha diatasi sistem ini.
Pandangan Gibran dan Reformasi Pendidikan
Baca Juga : Wapres Gibran Traktir Seratus Anak Yatim Belanja Peralatan Sekolah
Dalam sebuah wawancara, Gibran menyebut bahwa sistem zonasi saat ini tidak efektif dan menciptakan ketidakadilan akses pendidikan. Ia menyoroti kasus manipulasi alamat oleh orang tua demi memasukkan anak ke sekolah tertentu. Menurutnya, penghapusan sistem zonasi dapat memberi kesempatan yang lebih adil bagi siswa berprestasi.
Gibran juga menekankan perlunya modernisasi kurikulum dengan memasukkan pelajaran digital seperti coding dan programming untuk menyiapkan generasi muda menghadapi tantangan masa depan. Ia mengajak seluruh pihak, termasuk Dinas Pendidikan, untuk mencari alternatif kebijakan yang lebih inklusif demi mendukung visi Indonesia Emas 2045.
Dampak Penghapusan Sistem Zonasi
Baca Juga : Kunjungan Ke Banyuwangi Wapres Panen Tebu, dan Dialog Bersama Petani
Potensi Keuntungan:
- Memberi peluang yang lebih besar bagi siswa berprestasi dari berbagai wilayah untuk mengakses sekolah unggulan.
- Meningkatkan motivasi sekolah untuk memperbaiki kualitas demi menarik siswa terbaik.
- Mendorong interaksi antar siswa dari latar belakang yang lebih beragam.
Potensi Tantangan:
- Risiko meningkatnya kesenjangan akses pendidikan bagi siswa dari keluarga kurang mampu.
- Persaingan ketat dapat meningkatkan tekanan psikologis pada siswa dan orang tua.
- Kepadatan di sekolah unggulan berpotensi menurunkan kualitas pendidikan.
Rekomendasi untuk Masa Depan
Baca Juga : Mengeluh Soal Akses Jalan Petani Tebu Minta Pemerintah Percepat Proyek JLS
Peningkatan kualitas sekolah di daerah terpencil menjadi langkah penting untuk memastikan akses pendidikan merata. Alokasi anggaran yang lebih besar untuk memperbaiki fasilitas, meningkatkan kualitas pengajaran, serta memberikan pelatihan bagi guru harus menjadi prioritas.
Selain itu, sistem pendaftaran yang transparan dan berbasis prestasi dapat menggantikan zonasi tanpa mengorbankan prinsip pemerataan. Beasiswa untuk siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu juga perlu diperluas guna mendorong inklusi.
Penghapusan sistem zonasi adalah isu kompleks yang memerlukan pendekatan komprehensif. Semua pihak harus bekerja sama untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih adil dan inklusif, demi mewujudkan masa depan generasi muda yang cerah. Mari berkontribusi dalam perubahan ini, agar setiap anak di Indonesia memiliki kesempatan untuk meraih potensi terbaik mereka. (*)
Editor : Iwan Iwe