SURABAYA - Bank Indonesia kembali menggelar East Java Economic Forum (Ejavec). Tahun ini, ajang bagi para akademisi dan masyarakat umum untuk melakukan penelitian dan menuliskannya dalam sebuah karya tulis memasuki tahun ke-10.
Dengan menggandeng Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Airlangga (FEB Unair) dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Ejavec diharapkan bisa memberikan rekomendasi konkrit dan spesifik dan menyeluruh untuk pengambil kebijakan ekonomi di Jawa Timur.
Menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur, Doddy Zulverdi, selama 10 tahun Ejavec digelar, sudah mampu memberikan berbagai rekomendasi bagi perekonomian Jawa Timur.
“Tujuan akhir kegiatan ini adalah membangun ekosistem, gabungan peneliti, akademisi, stake holders untuk pengambilan kebijakan dan bisa memberikan manfaat,” ujar Doddy usai pelaksanaan Ejavec ke-10 2023 di Kantor Perwakilan BI Jatim.
Doddy mengakui secara kualitas dan kuantitas, paper lebih meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Ada 120 paper yang masuk ke panitia. Dari jumlah itu dipilih 19 paper yang dihadirkan dalam ajang puncak Ejavec 2023 ini.
“Tema sudah ditentukan dan isu yang diangkat para peserta sangat beragam, walau kebanyakan yang menang itu membahas masalah green economy. Tapi semua bidang sub tema merata semuanya. Dan pesertanya bukan hanya dari Jawa Timur tapi dari berbagai daerah di luar Jatim juga,” jelasnya.
Dari semua finalis itu, kata Doddy, akan diterbitkan dalam jurnal Ejavec. Jurnal Ejavec ini sudah terakreditasi ISSN (International Standard Serial Number). Tahun depan kata Doddy, jurnal Ejavec akan terakreditasi SINTA (Science and Technology Index). SINTA ini merupakan sebuah portal khusus yang dibentuk oleh Ristekdikti untuk membantu mengakses semua hasil publikasi karya tulis ilmiah terutama dalam bentuk jurnal yang telah terakreditasi.
“Semua ide–ide brilian yang ditulis dalam jurnal bisa diakses semua orang di manapun berada. Kita ingin membangun Jatim sebagai smart province yang semua halnya berbais riset. Karena Jatim itu modalnya kuat, banyak perguruan tinggi bagus, SDM bagus dan industrinya juga bagus,” jelasnya.
Sementara itu, Wakil Dekan FEB Unair, Wisnu Wibowo mengatakan program seperti Ejavec ini perlu dikembangkan lagi. Ini membuktikan bagaimana institusi pendidikan, pengambil kebijakan dan asosisasi memberikan ide dan gagasan untuk meningkatkan kualitas kebijakan ekonomi dan kebijakan publik di Jatim.
“Kita mendorong resiliensi ekonomi Jawa Timur yang inklusif dan berkelanjutan di tengah peningkatan ketidakpastian global yang sesuai dengan tema Ejavec tahun ini,” tukasnya.
Di sisi lain, Vid Adrison, salah satu juri Ejavec 2023, mengungkapkan bila tidak ada paper yang sempurna. Meski sudah terakreditasi internasional pun masih ada celah kekurangannya. Namun, hal itu bukan suatu yang membuat sebuah paper tidak menarik dan tidak layak untuk dilanjutkan.
“Saya sudah biasa menjadi juri. Saya reviewer dan saya bisa mengetahui sebuah paper itu berbobot apa tidak tanpa melihat ada kekurangan di paper itu,” tandasnya.
Perasaan senang diungkapkan salah satu tim pemenang Ejavec 2023 kategori mahasiswa, yakni Raihan Mufid Rufiano, Hans Mangatur Pakpahan dan Giacinta Betralda Anin Pradita. Mereka bertiga mengambil tema Implementation of Carbon Tax in East Java : Local Government’s Potential Revenue for the Improvement of the Society’s Welfare. Mahasiswa dari prodi Akuntansi Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta itu membahas masalah pajak karbon yang sedang booming. (Selvi Wang)
Editor : M Fakhrurrozi