MALANG - Hari ini tepat satu tahun tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 suporter Arema FC. Memperingati tragedi tersebut, ratusan warga Malang Raya gelar konvoi menuju stadion Kanjuruhan untuk menyuarakan keadilan penanganan hukum tragedi tersebut.
Dalam konvoi tersebut, warga membawa sejumlah spanduk dan bendera. Diantaranya bertuliskan Justice For Arek Malang, Justice For 135+ dan spanduk lainnya. Konvoi dimulai dari stadion Gajayana menuju stadion Kanjuruhan di Kecamatan Kepanjang, Kabupaten Malang.
Turut dalam konvoi ini, keluarga korban tragedi kanjuruhan. Salah satunya, Devi Athok Yulfitri yang kehilangan dua buah hatinya yakni Natasya Ramadani (16) dan Naila Anggarini (14). Selain itu, mantan istrinya Debi Asta juga turut meninggal dunia dalam tragedi 1 oktober 2022 itu.
aksi konvoi ini dilakukan sebagai pengingat tragedi Kanjuruhan. Selain itu, aksi ini merupakan bentuk perjuangan arek Malang untuk mendukung keluarga korban tragedi kanjuruhan yang belum mendapatkan keadilan.
Baca Juga : Jadi Teror, Sejoli Kekasih Dikeroyok Konvoi Pendekar Silat
Setibanya di stadion Kanjuruhan, ratusan warga bersama keluarga korban langsung menggelar doa bersama. Menjelang acara dimulai, jumlah Aremania yang mengikuti doa bersama mencapai ribuan. Mereka berkumpul di stadion yang kini dalam tahap renovasi.
Doa bersama ini digelar di gate 13 yang menjadi lokasi maut tewasnya ratusan supporter Arema FC. Suasana haru mengiringi doa bersama. Bahkan, salah satu keluarga korban tragedy Kanjuruhan tak kuasa menahan tangis. Para keluarga korban tragedy Kanjuruhan
Peristiwa tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada 1 Oktober 2022 merupakan memori kelam sepakbola Indonesia. Ketika itu, kericuhan mewarnai pertandingan Kompetisi Liga 1 antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya. Dalam pertandingan itu, Persebaya berhasil mengalahkan Arema FC dengan skor 2-3.
Baca Juga : 1 tahun Tragedi Kanjuruhan, Ribuan Warga Malang Raya Gelar Konvoi dan Doa Bersama
Kekalahan ini memantik emosi supporter Arema FC dengan turun ke lapangan. Mereka melampiaskan emosi dengan mendatangi pemain Arema FC. Suasana semakin tak terkendali ketika jumlah supporter yang turun ke lapangan bertambah banyak.
Petugas gabungan Polri dan TNI berupaya membubarkan supporter dengan menembakkan gas air mata. Namun, tembakan gas air mata ini justru membuat kerusuhan semakin besar. Suporter yang tak kuat menahan gas air mata saling berebut keluar dari stadion.
Ratusan orang berebut keluar dari gate 13. Sementara saat itu, pintu tidak terbuka total dan tidak ada petugas steward yang berjaga di pintu. Akibatnya, ratusan supporter terinjak dan meninggal dunia. Kerusuhan di dalam stadion meluas hingga di luar stadion.
Baca Juga : Kalahkan Arema FC, Bonek Konvoi Sambut Skuad Persebaya
Suporter Arema FC tak hanya menyerang petugas tapi juga mobil rantis yang ditumpangi pemain Persebaya. Beruntung, pemain Persebaya tidak ada yang terluka dan tiba di Surabaya dengan selamat. Sementara jumlah korban dalam tragedy tersebut mencapai 135 orang.
Dalam tragedi tersebut, Polri menetapkan 6 tersangka. Mereka adalah Akhmad Hadian Lukita (Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru), Abdul Haris (Ketua Panitia Pelaksana Arema FC), Suko Sutrisno (Security Officer), Wahyu Setyo Pranoto (Kabagops Polres Malang), Hasdarman (Danki III Brimob Polda Jawa Timur), dan Bambang Sidik Achmadi (Kasat Samapta Polres Malang).(Khaerul Anwar)
Editor : M Fakhrurrozi