Mata kering atau dikenal juga sebagai Penyakit Mata Kering (Dry Eye Disease/DED), sindrom mata kering, dan Kerato Conjunctivitis Sicca (KCS) merupakan salah satu alasan paling umum untuk berkunjung ke dokter spesialis mata. Menurut Tear Film and Ocular Surface Society Dry Eye Workshop II, "Mata kering adalah penyakit multifaktorial pada permukaan okular/mata yang ditandai dengan hilangnya homeostasis film air mata, dan disertai dengan gejala okular, di mana ketidakstabilan dan hiperosmolaritas film air mata, peradangan dan kerusakan permukaan ocular dan kelainan neurosensori memainkan peran etiologis."
Lapisan air mata kira-kira setebal 2 sampai 5 μm di atas kornea dan terdiri dari tiga komponen utama, yaitu:
- Lipid, lapisan yang paling dangkal, diproduksi oleh kelenjar meibom kelopak mata dan berfungsi untuk mengurangi penguapan air mata;
- Akuos/air, Lapisan akuos/air yang di tengah adalah komponen paling tebal dari lapisan air mata dan diproduksi oleh kelenjar lakrimal;
- Musin/glikoprotein, sebagian besar diproduksi oleh sel goblet konjungtiva. Musin meningkatkan penyebaran lapisan air mata di atas epitel kornea melalui pengaturan tegangan permukaan bola mata.
Epidemiologi
Baca Juga : Kebutaan yang Dapat Dihindari atau Avoidable Blindness
Penyakit Mata Kering (Dry Eye Disease/DED) lebih sering terjadi pada wanita daripada pria karena efek hormonal wanita pada kelenjar lakrimal, kelenjar meibom dan permukaan mata serta memiliki peningkatan prevalensi seiring bertambahnya usia. Prevalensi DED bervariasi tergantung pada kriteria diagnostik yang digunakan. Dalam studi berbasis populasi berkisar antara sekitar 5 hingga 50%, secara umum jika dibandingkan dengan populasi Barat, lebih banyak terjadi pada populasi Asia, meskipun variasi geografis, iklim, dan lingkungan juga dapat menjadi faktor yang signifikan. Mata kering evaporatif (Evaporative dry eye) dianggap sebagai subtipe DED yang paling umum.
Etiologi/Penyebab
Banyak etiologi/penyebab yang dapat berkontribusi pada perkembangan Penyakit Mata Kering (Dry Eye Disease/DED), dan banyak kasus mungkin multifaktorial termasuk faktor okular/mata lokal, penyakit sistemik, faktor sosiodemografi, kondisi lingkungan, dan penyebab iatrogenik seperti obat-obatan atau operasi.
Potensi penyebab dan / atau faktor yang terkait dengan DED:
- Obat sistemik, seperti antihistamin, antihipertensi, anxiolytics/benzodiazepin, diuretik, hormon sistemik, obat antiinflamasi nonsteroid, kortikosteroid sistemik atau inhalasi, obat antikolinergik, isotretinoin (menyebabkan atrofi kelenjar meibom), dan antidepresan;
- Obat topikal, termasuk obat tetes glaukoma atau toksisitas dari obat tetes mata yang mengandung pengawet;
- Penyakit kulit pada atau di sekitar kelopak mata, seperti rosacea atau eksim;
- Disfungsi kelenjar meibom, yang berdampak sekresi kelenjar meibom yang tidak memadai atau berubah;
- Operasi mata, termasuk operasi refraktif, operasi katarak, keratoplasty, dan operasi kelopak mata;
- Luka bakar kimia atau termal yang melukai konjungtiva (selaput bening mata);
- Alergi mata;
- Penggunaan komputer atau gawai, seringkali karena hal ini dapat menyebabkan penurunan frekuensi berkedip saat melihat layar;
- Dosis vitamin yang tidak mencukupi, terutama kekurangan vitamin A, dapat menyebabkan xerophthalmia dan munculnya bintik-bintik Bitot pada konjungtiva dalam kasus yang parah;
- Penurunan sensasi pada kornea akibat pemakaian lensa kontak jangka panjang, infeksi virus herpes, atau penyebab lain dari kasus kornea neurotropik;
- Penyakit graft-versus-host.
- Penyakit sistemik, yang meliputi sindrom Sjogren dan gangguan autoimun atau jaringan ikat lainnya seperti rheumatoid arthritis dan lupus, dan penyakit tiroid;
- Faktor lingkungan termasuk paparan iritasi seperti asap kimia, asap rokok, polusi, atau kelembaban yang rendah.
Gejala Mata Kering
Penyakit Mata Kering (DED) dapat menyebabkan sejumlah gejala, mulai dari yang ringan hingga berat, seperti:
- Menyengat, terbakar, atau perasaan tertekan di mata;
- Sensasi berpasir atau mengganjal seperti ada benda di permukaan mata;
- Mata berair, karena kekeringan yang menyebabkan rasa sakit atau iritasi sehingga merangsang keluarnya air mata yang berlebihan;
- Nyeri yang tajam dan tumpul seringkali dirasakan ke beberapa bagian mata, di belakang mata, atau bahkan di sekitar rongga bola mata;
- Kemerahan, dan sering diperburuk oleh efek zat vasokonstriktor yang ditemukan di banyak obat tetes mata yang dijual bebas, dimana memang dirancang untuk mengurangi kemerahan. Vasokonstriktor dapat mengurangi kemerahan untuk jangka pendek dengan menyempitkan pembuluh darah episklera mata, tetapi dapat memiliki efek peningkatan kemerahan setelah tetes tersebut tidak dipakai. Zat vasokonstriktor tersebut seperti tetrahydrozoline dan naphazoline;
- Penglihatan buram, juga dapat digambarkan sebagai silau atau lingkaran cahaya di sekitar lampu di malam hari;
- Fluktuasi tajam penglihatan dan kesulitan dalam membaca;
- Sensasi kelopak mata yang berat atau kesulitan membuka mata;
- Berkedip berlebihan;
- Kelopak mata berkedut;
- Kekeringan, masalah umum bagi pemakai lensa kontak, dan iritasi dapat membuat lensa kontak tidak nyaman atau bahkan tidak mungkin dipakai;
- Mata lelah. Menutup mata dapat memberikan bantuan untuk beberapa orang dengan mata kering;
- Ketidakmampuan untuk menangis pada kasus DED parah.
Kunjungi Dokter Spesialis Mata
Jika anda mengalami kekeringan atau iritasi di mata Anda dan mengandalkan obat tetes pelembab mata yang dijual bebas lebih dari 2 atau 3 kali per hari, segera kunjungi Dokter Spesialis Mata dan lakukan pemeriksaan komprehensif. Pelembab mata dapat meringankan gejala dalam waktu singkat untuk hampir setiap jenis penyakit permukaan mata, tetapi Anda masih perlu dirawat untuk kondisi mendasar yang menyebabkan gejala-gejala tersebut. Dokter Spesialis Mata akan membantu menentukan sub-tipe Penyakit Mata Kering (Dry Eye Disease/DED) dan Penyakit Permukaan Mata (ocular surface disease/OSD) yang Anda miliki, meresepkan terapi modifikasi penyakit dan menyesuaikan rekomendasi dengan kebutuhan untuk Anda, termasuk jenis obat tetes pelembab mata yang tepat.
Kapan Menggunakan Obat Tetes Pelembab Mata Tanpa Pengawet?
Obat tetes pelembab mata dengan bahan pengawet memiliki waktu simpan yang lebih lama dan umumnya lebih murah daripada tanpa bahan pengawet. Obat tetes pelembab mata tanpa bahan pengawet memiliki teknologi yang terpasang di ujung botol yang menyaring bakteri dan menurunkan risiko infeksi mata. Jika Anda menggunakan pelembab mata hanya sesekali (semisal beberapa tetes per minggu), maka pelembab mata yang mengandung bahan pengawet kemungkinan aman. Tetapi jika Anda menggunakan pelembab mata lebih dari empat kali sehari dalam jangka waktu lama maka pastikan untuk menggunakan pelembab mata yang tanpa bahan pengawet.
Bagaimana Memilih Pelembab Mata Jenis Tetes, Gel atau Salep?
Pelembab mata berupa gel lebih tebal dari yang berupa tetes (cair). Sementara pelembab mata salep adalah jenis yang paling tebal dan biasanya dalam kemasan tube, bukan botol. Semakin tebal pelembab mata, semakin lama bertahan di permukaan mata. Namun, lebih tebal juga umumnya menimbulkan efek kaburnya penglihatan yang lebih lama setelah pemakaian di mata. Oleh karena itu, gunakanlah pelembab mata tetes cair untuk penggunaan siang hari dan gel atau salep di malam hari sebelum tidur.
Tetap gunakan dengan pelembab mata tetes cair jika anda bekerja, membaca, menonton TV, mengemudi atau melakukan apa pun yang membutuhkan penglihatan tingkat tinggi. Sedangkan jika anda bersantai setelah jam kerja atau di akhir pekan, tetes gel dapat memberikan bantuan yang lebih tahan lama.
Jika kelopak mata anda tidak menutup sepenuhnya (lagophthalmos) atau anda mengalami ketidaknyamanan mata saat tidur, maka gunakanlah pelembab mata salep di malam hari sebelum tidur.
Apakah Bisa Menggunakan Obat Tetes Pelembab Mata dengan Lensa Kontak?
Gunakanlah obat tetes pelembab mata yang tanpa bahan pengawet dan pastikan anda memilih pelembab mata yang pada kemasannya mencantumkan keterangan “aman/dirancang untuk dipakai dengan lensa kontak”. Sedangkan untuk yang lainnya, pastikan untuk melepas lensa kontak anda terlebih dahulu, tunggu 5 menit, kemudian teteskan pelembab, lalu tunggu 10-15 menit lagi sebelum memasukkan kembali lensa kontak.
Jika anda menggunakan obat tetes pelembab mata yang tidak diformulasikan untuk dipakai dengan lensa kontak secara langsung di atas lensa kontak anda, mata anda mungkin akan mengalami iritasi. Jika ini terjadi, pertimbangkan untuk membuang lensa kontak dan menggunakan yang baru.
Menggunakan Obat Tetes Pelembab Mata Selama Pemulihan dari Operasi Mata
Orang cenderung memiliki gejala kekeringan atau iritasi yang memburuk setelah menjalani operasi LASIK, operasi katarak atau operasi mata lainnya. Anda harus memilih obat tetes pelembab mata yang tanpa bahan pengawet untuk menurunkan risiko toksisitas dan gunakanlah pelembab mata tetes cair yang cenderung tidak mengaburkan penglihatan Anda saat masa pemulihan.
Tidak ada satu merek obat tetes pelembab mata yang paling cocok untuk digunakan setiap orang. Anda mungkin perlu mencoba beberapa jenis yang berbeda sebelum menemukan satu atau kombinasi yang paling cocok untuk Anda.
Referensi:
Craig JP, Nichols KK, Akpek EK, Caffery B, Dua HS, Joo CK, Liu Z, Nelson JD, Nichols JJ, Tsubota K, Stapleton F. TFOS DEWS II Definition and Classification Report. Ocul Surf. 2017 Jul;15(3):276-283. [PubMed]
Mark IG, Jay JM, Bhupendra CP. Dry Eye Syndrome.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470411/
Stapleton F, Alves M, Bunya VY, Jalbert I, Lekhanont K, Malet F, Na KS, Schaumberg D, Uchino M, Vehof J, Viso E, Vitale S, Jones L. TFOS DEWS II Epidemiology Report. Ocul Surf. 2017 Jul;15(3):334-365.
I Y Hasan ZA. Dry eye syndrome risk factors: A systemic review. Saudi J Ophthalmol. 2021 Apr-Jun;35(2):131-139.
Mohamed HB, Abd El-Hamid BN, Fathalla D, Fouad EA. Current trends in pharmaceutical treatment of dry eye disease: A review. Eur J Pharm Sci. 2022 Aug 01;175:106206.
https://www.aao.org/eye-health/tips-prevention/how-to-choose-lubricant-drops-dry-eyes