SURABAYA - Video massa Ormas memaksa masuk kantor Kecamatan Asemrowo, hingga staf ketakutan bersembunyi di bawah meja, viral di media sosial.
Dalam video yang beredar, terlihat sejumlah anggota Ormas datang dengan nada marah memaksa masuk kantor Kecamatan. Bahkan terjadi adu argumen yang membuat suasana semakin tegang.
Terkait insiden tersebut, Camat Asemrowo, Kota Surabaya, Muhammad Khusnul Amin mengatakan bahwa ketegangan bermula dari upaya penertiban bangunan liar di beberapa lokasi.
“Kami melakukan penertiban bangunan liar atas permintaan warga dan tokoh masyarakat. Lokasi pertama di bawah Jembatan Dupak Rukun Barat, ada sekitar 20 bangunan liar yang mengganggu akses warga," kata Amin dalam konferensi pers di Kantor Kecamatan Asemrowo Surabaya, Rabu (8/1/2025).
Baca Juga : Viral, 3 Pasang Sejoli Bercumbu Mesra di Taman Sampang
Ia menegaskan bahwa penertiban bangunan liar tersebut diawali dengan sosialisasi. Bahkan juga diikuti pemberian surat peringatan sebanyak tiga kali.
“Setelah penertiban selesai, warga merasa nyaman. Kemudian penertiban dilanjutkan di bawah Jembatan Tol Asemrowo dan Rumah Pemotongan Hewan,” ungkap dia.
Namun, Amin menyebut, jika penertiban lanjutan ke arah barat memicu protes dari salah satu Ormas. Bahkan, setelah surat peringatan pertama dilayangkan, anggota Ormas menghubunginya dan meminta agar penertiban dihentikan.
Baca Juga : Polda Jatim Sebut BMW Terjun dari Tol Krian-Gresik Akibat Kelalaian Pengendara
"Awalnya Ormas telepon saya, saya janji hari Senin (6/1/2025) menemui mereka, tapi pagi hari mereka sudah datang. Saat itu saya lagi ada rapat dengan dua staf, Mas Alfian dan Mbak Devi, soal inovasi dan program," katanya.
Karena sedang fokus pada rapat, Amin pun meminta waktu untuk menyelesaikannya sebelum menemui massa. Namun, situasi semakin memanas dengan adanya tuduhan tak berdasar dari Ormas yang menuding ia tidak melayani masyarakat.
"Mereka datang sambil teriak-teriak, ada yang gedor-gedor pintu. Akhirnya mereka menuduh saya, (menyembunyikan) perempuan di dalam. Padahal di dalam saya bersama Mas Alfian dan Mbak Devi sedang rapat," ungkapnya.
Baca Juga : Ditinggal Ayah Salat, Kalung Balita di Malang Dirampas Dua Pelaku Bersajam
Karena itu, Amin menyayangkan sikap Ormas yang datang ke Kantor Kecamatan dengan ramai-ramai. Bahkan mereka menggiring opini di media sosial seakan ia tengah menyembunyikan wanita di dalam ruangan.
"Jadi kalau disebut tidak melayani warga, keliru itu. Mereka (seharusnya) datang baik, dengan sopan santun, bukan gerudukan, teriak-teriak sehingga staf kami ketakutan lari semua," tegasnya.
Di waktu yang sama, Devi, salah satu staf Kecamatan Asemrowo Surabaya, saat kejadian mengaku trauma atas insiden tersebut. Sebab, di saat rapat bersama Alfian dan camat, tiba-tiba terdengar suara teriakan disertai gedoran pintu. Karena itu, Devi langsung lari dan bersembunyi di bawah meja.
Baca Juga : Pelajar SMA di Pamekasan Tewas Saat Menonton Pesta Kembang Api
"Kenapa saya lari di bawah meja Pak Camat, karena saya ketakutan, bukan karena saya melakukan sesuatu aneh-aneh dengan Pak Camat," kata Devi.
Devi pun kembali menegaskan bahwa pada saat kejadian, ia bersama Alfian berada di dalam ruangan camat untuk rapat koordinasi, bukan melakukan hal-hal yang tidak pantas.
"Di dalam (ruangan) saya melakukan koordinasi, dan di dalam ruangan juga bertiga dengan Mas Alfian dan Pak Camat. Jadi saya tekankan lagi, saya tidak melakukan hal aneh-aneh dengan Pak Camat," tegasnya.
Baca Juga : Diduga Dibebaskan Polisi, Tersangka Penganiayaan di Sampang Dihajar Warga
Hal yang sama juga ditegaskan Alfian, Staf Kecamatan Asemrowo. Di saat kejadian, ia bersama Devi sedang mengikuti rapat bersama camat. Namun, tiba-tiba banyak massa datang sehingga membuat ia takut dan bersembunyi di belakang pintu.
“Awal (massa) ketok pintu biasa, tapi setelah itu, keras. Nah, kita sendiri saat itu merasa panik, takut. Jadi mohon maaf karena waktu massa banyak, saya merasa panik dan takut," pungkas dia. (*)
Editor : M Fakhrurrozi