KOTA MALANG - Di tengah gebyar kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), Rektor Universitas Negeri Malang (UM) Prof. Dr. Hariyono, M.pd., justru melontarkan kritik reflektif yang mengguncang.
di sela-sela acara “Forum Silaturrahmi dan Implementasi Peraturan Mendiktisaintek RI No. 39 Tahun 2025” yang diadakan UM pada Jumat (10/10/2025) sebagai rangkaian acara Dies Natalis ke-71. Prof. Hariyono menyatakan bahwa untuk benar-benar berkelas dunia, kampus tidak boleh sekadar mengejar ranking, tetapi harus berani melakukan pembenahan struktural dan kultural yang lebih radikal.
Salah satu terobosan konkret yang diusung adalah penghapusan sekat bahasa dalam pendidikan. "Bagaimana mungkin kita menciptakan alumni berstandar global jika mereka tidak mahir berbahasa internasional?" Ungkap Prof. Hariyono.
UM kini secara agresif membuka kelas internasional dengan pengantar Bahasa Inggris dan Mandarin. Visinya jelas: memastikan lulusan S1, S2, dan S3 UM tak hanya unggul di dalam negeri, tetapi juga mampu bersaing untuk karir dan studi di universitas terbaik dunia.
Yang lebih mengejutkan adalah gagasan kontroversial mengenai kuliah untuk jenius. Rektor UM menilai Permendikbudristek yang menetapkan masa studi minimal S2 empat semester justru membelenggu potensi mahasiswa berbakat.
"Ini menutup peluang bagi anak-anak jenius untuk lulus dalam 3 semester, bahkan 2 semester untuk program berbasis riset," tegasnya. Gagasan ini mendorong adanya fleksibilitas regulasi: aturan umum (leg generalis) untuk mahasiswa rata-rata, dan aturan khusus (leg spesialis) untuk para talenta luar biasa.
Di bidang riset, Rektor Prof. Hariyono mendorong perubahan paradigma. Ia mengkritik tekanan agar semua penelitian harus berorientasi komersial (hilirisasi yang menghasilkan uang). "Lalu, bagaimana dengan riset sosial dan humaniora? Apa bentuk hilirisasinya?" tanyanya. Ia menekankan pentingnya keseimbangan dan mendorong agar hasil riset dari semua disiplin ilmu dapat terhubung dengan kebutuhan industri dan masyarakat.
Terobosan paling tak terduga adalah rencana kolaborasi dengan dunia jurnalistik. "Seringkali riset dan inovasi hebat dari kampus hanya berakhir di perpustakaan karena tidak ada yang memberitakan," ungkapnya. Kolaborasi strategis dengan jurnalis diharapkan dapat menjembatani kesenjangan ini, sehingga temuan para peneliti dapat diketahui publik dan memiliki dampak sosial yang lebih luas.
Output akhir yang dicanangkan adalah lulusan yang tidak hanya menguasai IPTEKS mutakhir, tetapi juga memiliki karakter growth mindset, selalu berkembang mengikuti tantangan zaman. Dengan kombinasi kompetensi global, penguasaan bahasa asing, dan mentalitas yang adaptif, lulusan diharapkan tidak hanya menjadi pencari kerja, tetapi menjadi pemain di kancah global.
Langkah-langkah progresif yang digagas UM ini memantik diskusi intensif di antara para pimpinan perguruan tinggi. Inisiatif ini bukan hanya tentang mematuhi regulasi, tetapi tentang memimpin perubahan untuk menciptakan ekosistem pendidikan tinggi yang benar-benar bertaraf global, berani, dan relevan dengan masa depan. (Lee)
Editor : JTV Malang