LUMAJANG - Diiringi alunan musik gamelan, tradisi Ojung yang digelar di Desa Sememu, Kecamatan Pasirian, Lumajang pada Selasa (17/9/2024) berhasil menarik perhatian warga setempat.
Dua orang peserta naik ke atas panggung, bersiap bertarung layaknya seorang ksatria dengan berbekal alat pukul "Manjhalin" yaitu rotan khusus yang diambil dari lereng Gunung Semeru sebagai senjata mereka.
Tradisi Ojung ini merupakan adu keterampilan dan kekuatan di mana para pemain saling bergantian memukul dan menangkis dengan rotan, disaksikan oleh seorang wasit yang mengatur jalannya pertandingan.
Setiap sesi pertarungan terdiri dari 5 hingga 10 pukulan, tergantung kesepakatan yang dilakukan sebelum pertandingan dimulai.
Baca Juga : Kecelakaan Beruntun di Jatiroto: Sopir Truk Tewas, Beberapa Penumpang Terluka
Pemenang dalam tradisi ini ditentukan dari total hitungan luka akibat pukulan rotan yang mereka terima. Pemain yang menerima sedikit pukulan dinyatakan menang.
Meskipun tampak keras, tradisi ini dilestarikan dengan semangat gotong royong antar komunitas desa di Lumajang, yang kerap berpartisipasi dalam setiap gelaran Ojung.
Menariknya, tradisi Ojung yang digelar di Desa Sememu ini tidak hanya dimainkan oleh orang dewasa. Anak-anak pun ikut serta dalam pagelaran sebagai bagian dari upaya melestarikan budaya ini.
Baca Juga : Nekat Seberangi Aliran Lahar Semeru, Warga Desa Jugosari Terpaksa Bertaruh Nyawa
Selain sebagai ritual untuk memohon turunnya hujan di tengah kemarau panjang, Ojung juga sering digelar dalam acara-acara tasyakuran dan peringatan hari kemerdekaan.
Menurut Du'a Adinata, salah satu penyelenggara, tradisi Ojung telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya warga Lumajang.
"Selain untuk memanggil hujan, tradisi ini juga menjadi media untuk melatih kekebalan tubuh," ungkapnya.
Baca Juga : Sopir Diduga Ngantuk, Mobil Pick Up Bermuatan Sayur Terjun ke Jurang di Lumajang
Imam, salah satu pemain Ojung, menyatakan bahwa selain menjaga tradisi, permainan ini juga menciptakan semangat kebersamaan di antara masyarakat.
"Tidak ada persiapan khusus, jadi untuk senang senang saja." ujarnya.
Tradisi yang sudah berlangsung selama berabad-abad ini terus lestari sebagai wujud kearifan lokal dan tetap menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Lumajang.(Yongki Nugroho/Selvina Apriyanti)
Editor : Iwan Iwe