PACITAN - Diantara deru ombak Laut Selatan dan semilir angin dari perbukitan, alunan musik menggema dari auditorium Museum dan Galeri Seni SBY-ANI, Sabtu sore (17/5). Gitar dipetik, drum berdentum, dan suara anak-anak muda menyatu dalam harmoni. Inilah “Musik dari Pacitan”, sebuah parade band yang menjadi bagian dari rangkaian SouthBay Festival 2025.
Lebih dari sekadar kompetisi musik, acara ini menjelma menjadi panggung ekspresi dan ruang mimpi bagi generasi muda Pacitan. Di tengah suasana hangat dan penuh semangat, enam band terpilih unjuk gigi, menyampaikan karya dan energi mereka dalam balutan nada-nada kreatif.
Malam dibuka dengan lagu Bisikan Lautan, dibawakan oleh Band Dibalik Jendela. Sebuah lagu penuh rindu dan harapan, dengan lirik yang menyentuh tentang lautan sebagai saksi bisu perjalanan hidup manusia. Penonton larut dalam suasana, menyimak setiap bait dengan khidmat.
“Bermusik bukan untuk mencari juara. Yang penting, musik bisa dinikmati, dan musisi merasa didengar. Jangan berhenti bermusik,” pesan Bupati Pacitan, Indrata Nur Bayuaji, saat membuka SouthBay Festival 2025. Kata-katanya disambut tepuk tangan meriah dari para hadirin, sebagian besar anak muda.
Baca Juga : Pemkab Pacitan Siapkan Kompensasi untuk Peternak, Sapi Mati karena PMK Dapat Rp 2,5 Juta per Ekor
Keenam band yang tampil malam itu merupakan hasil kurasi dari puluhan peserta yang mendaftar. Mereka datang dari berbagai penjuru Pacitan, bukan hanya dari kota, tapi juga dari desa-desa di lereng bukit. Beberapa tampil dengan lagu orisinal, sementara band-band pelajar memilih membawakan lagu-lagu band papan atas dengan penuh semangat dan interpretasi segar.
Direktur Administrasi dan Bisnis Museum dan Galeri Seni SBY-ANI, Nabila Amalia, menyebutkan bahwa ajang ini merupakan bentuk nyata kontribusi seni untuk pembangunan daerah. “Ini bukan sekadar festival. Ini adalah perayaan—perayaan identitas, karya, dan keberanian anak muda untuk bermimpi,” ungkapnya.
Tagline “70 Miles of Sea Paradise” yang diusung bukan hanya slogan promosi. Ia adalah representasi dari kekayaan alam Pacitan—pantai-pantainya yang memesona, budaya lokal yang otentik, dan potensi besar di balik suara-suara muda yang mulai berbicara.
Baca Juga : Senyum Sumringah Tiga Anggota DPRD Pacitan Dapat Kejutan Manis di Hari Ulang Tahun
Malam itu, musik tidak hanya menghibur, tetapi juga menyatukan. Ruang auditorium menjadi tempat perayaan kreativitas, tempat di mana nada-nada menjadi bahasa bersama. Seperti ombak yang tak pernah lelah menyapa pasir, semangat anak-anak muda Pacitan terus mengalir dari selatan Jawa, untuk Indonesia. (*)
Editor : JTV Pacitan