PACITAN - Mentari belum sepenuhnya naik, tapi semangat anak-anak di Pantai Teleng Ria sudah menyala. Di hamparan pasir yang masih dingin, puluhan anak, dengan papan selancar lebih tinggi dari tubuh mereka bersiap mengarungi ombak. Sebagian besar dari mereka baru berusia 8 hingga 12 tahun, namun keberanian mereka tidak bisa diremehkan. Mereka adalah surfer-surfer cilik, generasi baru yang mencoba menaklukkan salah satu ombak paling ganas di pesisir selatan Jawa.
Dengan wajah penuh antusias, mereka mengoleskan lilin di permukaan papan. Ini bukan sekadar main-main, tapi bagian dari persiapan profesional. Mereka juga tak lupa melindungi kulit dengan sunblock, seolah tahu benar bahwa bermain dengan laut berarti juga harus bersahabat dengan matahari.
Bagi Syaila Kalya Almira, laut bukan hanya tempat bermain, tapi juga ruang belajar. Gadis kecil yang kini berusia 10 tahun itu mulai berselancar sejak usia 4 tahun, mengikuti jejak sang ayah yang menjadi pelatih surfing. “Aku awalnya cuma suka main air, terus jadi suka surfing. Kalau sudah bisa berdiri di atas ombak, rasanya senang banget,” ujarnya dengan nada polos.
Tak jauh dari Syaila, ada Hurley Dimas Hagraif. Bocah asal Pantai Watukarung ini mengakui ombak Teleng Ria punya tantangan tersendiri. Namun dengan keseimbangan dan latihan yang konsisten, ia mampu berdiri gagah di atas ombak selama 15 menit tanpa jatuh. “Disini ombaknya lebih susah, tapi seru. Aku mau terus belajar sampai jago,” katanya.
Baca Juga : Ratusan Atlet Ju-Jitsu Rebutkan Piala Kejati Jatim Cup 2025
Sementara Salini Rengganis, pelatih surfing yang mendampingi latihan ini, mengatakan bahwa mengajar anak-anak berselancar memerlukan pendekatan khusus. "Kadang mereka lebih suka main daripada dengar instruksi. Tapi itu wajar, tinggal bagaimana kita menyiasati agar belajar tetap menyenangkan," ujar Salini.
Menurutnya, tujuan utama latihan ini bukan hanya mencetak atlet, tapi juga menanamkan kedekatan anak-anak dengan laut. Di Pacitan, potensi ini sangat besar. Pantai Watukarung bahkan sudah diakui memiliki ombak kelas dunia. “Kalau kita bisa mulai dari usia dini, kelak mereka bisa jadi surfer profesional. Siapa tahu, bendera Indonesia bisa berkibar di kejuaraan dunia dari tangan-tangan kecil ini,” tuturnya penuh harap.
Surfing bukan hanya soal keseimbangan dan keberanian. Dibalik aksi berdiri di atas ombak, tersimpan pelajaran tentang ketekunan, kegigihan, dan mencintai alam. Anak-anak ini belajar bahwa laut bukan sekadar tempat rekreasi, tapi juga ruang yang harus dijaga dan dihormati.
Baca Juga : Tetap Sehat saat Musim Hujan, 5 Olahraga Ini Bisa Kamu Lakukan di Rumah
Mereka mungkin masih kecil, tapi semangatnya besar. Dengan latihan rutin, dukungan keluarga, dan ombak selatan yang penuh tantangan, para surfer cilik Pacitan siap menjelma menjadi generasi emas olahraga air Indonesia. (Edwin Adji)
Editor : JTV Pacitan