BANGKALAN - Sebuah insiden kurang menyenangkan menimpa sejumlah jurnalis di Bangkalan yang dilarang meliput pembukaan Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) Jatim IV di Stadion Gelora Bangkalan Jatim IV di Stadion Gelora Bangkalan, Selasa (5/11/2024) malam.
Para jurnalis dari media cetak dan online di Bangkalan yang berniat meliput acara tersebut dilarang masuk oleh panitia, meski telah mengenakan atribut resmi berupa kaos POPDA dan ID card bertuliskan media.
Larangan ini memicu aksi solidaritas dari jurnalis lain di lokasi, yang memutuskan untuk keluar stadion dan membakar ID card serta kaos mereka sebagai wujud protes.
Saat insiden ini terjadi, suasana di depan pintu utama Stadion Gelora Bangkalan sempat memanas, ketika seorang pegiat aktivis beradu mulut dengan salah satu panitia POPDA karena mempertanyakan alasan pelarangan terhadap jurnalis yang sedang menjalankan tugas.
Larangan ini disesalkan oleh para jurnalis, mengingat POPDA Jatim IV baru pertama kali diselenggarakan di Bangkalan, sehingga memiliki nilai liputan yang tinggi.
Mahmudi, seorang pegiat aktivis di Bangkalan, menyayangkan insiden ini yang menurutnya menunjukkan kurangnya koordinasi dari pihak panitia.
“Saya sangat menyesali keputusan dimana para wartawan yang ingin meliput dan mengekspos acara ini tidak diperbolehkan masuk,” ungkapnya.
Mahmudi menegaskan bahwa sikap panitia terhadap jurnalis dan warga menunjukkan kurangnya transparansi dan menghambat hak masyarakat untuk memperoleh informasi.
Peristiwa serupa juga dialami oleh ratusan pengunjung yang turut dilarang masuk, banyak warga Bangkalan yang merasa kecewa karena tidak bisa menyaksikan pembukaan POPDA Jatim IV di daerah mereka sendiri.
Momen ini seharusnya menjadi kesempatan bagi masyarakat Bangkalan untuk menikmati kemegahan pembukaan acara olahraga besar yang pertama kali diadakan di kota mereka.
Insiden ini menjadi sorotan, menimbulkan tanda tanya mengenai kesiapan panitia dalam mengelola acara sebesar POPDA Jatim IV.
Kejadian ini diharapkan menjadi pelajaran bagi penyelenggara agar lebih terbuka dan kooperatif, sehingga perhelatan besar seperti POPDA dapat berjalan lancar tanpa menimbulkan gesekan dengan jurnalis maupun masyarakat setempat.(Moch. Sahid/Selvina Apriyanti)
Editor : Iwan Iwe