JAKARTA - Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka kembali menyelipkan singkatan saat melontarkan pertanyaan kepada cawapres Muhaimin Iskandar. Gibran bertanya apakah Muhaimin termasuk anti-nikel karena tim kampanyenya kerap menyebut LFP (lithium ferro-phosphate).
“Itu sering digaungkan Pak Tom Lembong (Thomas Lembong, co-captain timnas Anies Muhaimin),” kata Gibran, saat diminta menjelaskan kembali apa itu LFP. Gibran pun merasa heran kenapa Muhaimin tidak bisa menjelaskan secara gamblang tentang apa itu LFP padahal Thomas Lembong kerap membicarakan hal tersebut.
Muhaimin pun menekankan tentang etika debat yang seharusnya tidak digunakan sebagai ajang tebak-tebakan definisi. Forum debat cawapres, menurut Muhaimin, adalah tempat untuk membahas kebijakan.
Untuk diketahui, LFP (lithium ferro-phosphate/LiFePO4), disebut juga lithium iron phosphate, mulai banyak diminati produsen mobil listrik sebagai bahan dasar baterai. Berbeda dengan lithium-ion yang menggunakan nikel-kobalt, LFP menggunakan fosfat besi sebagai katoda.
Baca Juga : Apa Itu LFP, Baterai Mobil Listrik yang Ditanyakan Gibran ke Muhaimin dalam Debat Cawapres
Lalu seperti apa pernyataan Thomas Lembong tentang LFP?
Dalam wawancara di kanal YouTube Total Politik, Thomas Lembong menyebut produsen mobil listrik global asal Amerika Serikat, Tesla, sudah mulai meninggalkan nikel sebagai bahan baku baterai. Pabrikan mobil listrik yang didirikan Elon Musk tersebut mulai memanfaatkan LFP.
"Jadi 100 persen dari semua mobil Tesla yang dibuat di Tiongkok menggunakan baterai yang mengandung nol persen nikel, nol persen kobalt. Baterainya namanya LFP. Jadi pakai besi, pakai fosfat. Masih pakai lithium tapi tidak lagi pakai kobalt,” kata bekas kepala BKPM dan mantan menteri perdagangan di kabinet Joko Widodo periode pertama tersebut.
Baca Juga : Pernyataan Thomas Lembong tentang LFP yang Disinggung Gibran dalam Debat Cawapres
Thomas mencontohkan fenomena LFP tersebut untuk menunjukkan kebijakan pemerintahan yang tidak komprehensif. Menurut Thomas, kebijakan pemerintah seyogyanya tidak tergantung pada harga komoditas dunia. “Jadi sebaiknya kita lihat komprehensif. Sekarang ini ekspor kita naik dramatis, kemudian gagah-gagahan di dunia: kalau kalian enggak nurut kita akan stop jual. Itu memicu substitusi,” katanya. .
Thomas menyebutkan bahwa harga nikel di seluruh dunia sudah drop di kisaran 30 persen dalam setahun terakhir. Tahun depan, menurut Thomas, diprediksi akan ada surplus stok nikel di pasar global. Terbesar dalam sejarah. “Jadi dengan begitu gencarnya pembangunan smelter di Indonesia, kita membanjiri dunia dengan nikel, harga jatuh, terjadi kondisi oversupply," ujar Thomas. (sof)
Editor : Sofyan Hendra