Gen Alpha adalah sebuah generasi yang lahir pada tahun 2010-2024. Sebuah generasi yang dari lahir sudah mendapatkan berbagai kemudahan akses, terutama dalam bidang teknologi.
Ketika Gen Alpha lahir, dunia sudah memasuki sebuah fase dimana kemajuan teknologi mulai berkembang pesat.
Ketika mereka memasuki masa kanak-kanak, teknologi AI sudah mulai menjamur dan sering digunakan dalam berbagai hal termasuk membuat konten untuk sosial media. Jadi, mari kita bahas fenomena ini lebih lanjut.
Fenomena brain rot merupakan sebuah fenomena dimana seseorang mengalami “pembusukan otak” yang disebabkan oleh seringnya menonton konten-konten yang dibuat oleh AI.
Baca Juga : Walid dari Serial Bidaah Viral di TikTok, Ini Sinopsis dan Link Nonton Gratisnya
Contoh-contoh konten AI yang sering ditonton seperti misalnya, tralalelo tralala, tungtungtung sahurr, dan beberapa konten AI dengan model yang serupa.
Menggabungkan beberapa elemen seperti hewan, tumbuhan, manusia, dan benda mati yang kemudian membentuk sebuah avatar dengan nama yang absurd.
Konten-konten AI seperti ini parahnya sudah menyebar ke berbagai platform media sosial, khususnya di TikTok. Anak-anak Gen Alpha melihat dan mengetahui konten-konten brain rot ini dari TikTok.
Baca Juga : Ayu Ting Ting Bantu Live TikTok UMKM, Ini Alasannya
Seperti yang kita ketahui bahwa konten-konten yang memiliki engagement tinggi akan di-boost performanya oleh TikTok sehingga mampu mendapatkan views yang tinggi.
Sialnya, konten-konten “brainrot” inilah yang disebarkan oleh TikTok ke FYP penggunanya sehingga semakin banyak pengguna yang terpapar dengan konten yang tidak jelas seperti ini.
Tentunya, pengguna TikTok tidak hanya dari golongan dewasa dan remaja, anak-anak juga termasuk kedalamnya.
Baca Juga : Langkah Praktis Memulai Bisnis Online untuk Toko Kelontong
Anak-anak yang mendapatkan akses penggunaan smartphone sebelum waktunya kemungkinan besar akan terpapar oleh konten-konten “brain rot” ini.
Editor : Khasan Rochmad