SURABAYA - Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, Addin Jauharudin adalah sosok kader muda Nahdkatul Ulama (NU) yang konsisten mengorganisir pemuda dan produktif menulis.
Addin berproses mulai di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), berlanjut ke Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Hingga akhirnya menjabat Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor.
Kiprahnya memberdayakan pemuda menjadi catatan bagi Forkom Jurnalis Nahdliyin (FJN). Perkumpulan jurnalis berlatar NU yang berbasis di Jawa Timur itu pun memberi apresiasi Addin Jauharudin sebagai Tokoh Nahdliyin Inspiratif 2024.
"Bang Addin ini konsisten mengorganisir dan memberdayakan pemuda. Ia Istiqomah di jalur kepemudaan," kata Ketua Umum FJN, Muhamad Didi Rosadi, Kamis (9/1/2025).
Jurnalis yang akrab disapa Diday itu melanjutkan, Addin juga produktif dalam menulis. Sebuah tradisi yang saat ini semakin langka dijalani oleh aktivis pemuda. Produktifitas Addin menulis bisa dilihat dari artikelnya yang kerapkali muncul di media massa mainstream.
Tak hanya rajin menulis opini, Ketua Umum PB PMII periode 2011-2013 ini juga sudah menghasilkan dua buku. Karyanya itu adalah Menggerakkan Nahdlatut Tujjar (2008) dan Awas Digulung Sejarah (2023).
"Tradisi menulis semakin langka saat ini dilakukan oleh aktivis pemuda. Tapi tidak dengan Addin. Meskipun ia juga menjabat sebagai Komisaris BUMN PT Waskita Karya. Ia tetap produktif menulis. Ini menjadi inspirasi juga bagi kawan-kawan di FJN agar tetap produktif menulis," ujar Diday.
Sementara itu, Addin Jauharudin berterima kasih atas apresiasi yang diberikan Forkom Jurnalis Nahdliyin kepada dirinya. Menurutnya, penghargaan ini menjadi penambah semangat dalam berkarya.
Menurutnya, hari ini pemuda dihadapkan pada tantangan zaman yang tidak mudah. Karena itu, ia berpesan agar para pemuda, termasuk kader Ansor-Banser terus berkarya dan berinovasi.
"Saya sangat bahagia hari ini, apalagi penghargaan ini diserahkan di kedai bakso Bucin Wiyungan milik kader Ansor. Ini bentuk support saya kepada pelaku UMKM," pungkas kandidat Doktor Universitas Brawijaya (UB) Malang tersebut. (*)
Editor : M Fakhrurrozi