SURABAYA - Di tengah hiruk-pikuk perkembangan pendidikan di Indonesia, kisah inspiratif datang dari Boni Beam Wenda, seorang pemuda berusia 26 tahun asal Desa Yogobak, Distrik Nogi, Kabupaten Lani Jaya, Papua Pegunungan. Sebagai anak seorang Aparatur Sipil Negara (ASN), Boni menunjukkan bahwa ketekunan dan dedikasi mampu mengubah jalan hidup.
Setelah menuntaskan pendidikan S1 di Universitas Ciputra, jurusan Psikologi, pada tahun 2020, Boni memilih untuk tetap bertahan dan berjuang di berbagai daerah di Papua. Dari perjalanannya, ia menyadari bahwa pendidikan adalah kunci utama dalam mengatasi berbagai persoalan sosial. Dengan semangat menyala, ia bergabung dengan komunitas pemuda gereja dan menjadi relawan pengajar nonformal. Melalui inisiatif ini, ia membina anak-anak, calon mahasiswa, dan mahasiswa di sekitarnya agar mendapatkan akses pendidikan yang layak untuk mengubah masa depan mereka.
Saat melihat langsung tantangan pendidikan di Papua, Boni menyadari kesenjangan yang ada. Menurutnya, pendidikan di kota-kota besar Papua masih berjalan baik. Namun, di daerah pegunungan, pesisir, dan rawa-rawa, meskipun sekolah tersedia, proses pembelajaran sering terhambat karena terbatasnya tenaga pengajar.
“Untuk daerah kota di Papua, pendidikan formal masih berjalan baik seperti di Surabaya atau kota-kota lain di Jawa. Tapi di daerah pegunungan atau pinggiran, kebanyakan sekolah yang ada tidak berfungsi dengan maksimal karena kurangnya guru,” ungkap Boni.
Baca Juga : Unesa Gelar Buka Bersama Gratis, Ribuan Warga Antusias Ikut Serta
Hal itu membuat Boni terdorong membantu sesama. Boni memutuskan untuk menjadi relawan pengajar nonformal yang membantu kesulitan anak-anak hingga orang dewasa mendapatkan pendidikan formal dengan menerapkan pendidikan non formal yang fleksibel di berbagai tempat. Ia berupaya menanamkan semangat belajar kepada generasi muda Papua.
Perjuangan Boni berbuah manis. Berkat rekomendasi dari ibu angkatnya di Bali, ia berhasil meraih beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk melanjutkan studi S2 di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), jurusan Pendidikan Luar Sekolah, pada tahun 2025. Kesempatan ini menjadi bukti bahwa kerja keras dan dedikasi mampu menghasilkan perubahan besar. “Saya ingin belajar dan mengembangkan ilmu pendidikan nonformal agar bisa kembali dan memberikan kontribusi lebih berarti bagi pendidikan di Papua,” ujarnya dengan mata berbinar.
Baca Juga : UNESA Buka Fakultas Ketahanan Pangan dengan 5 Prodi untuk Jalur SNBT dan Mandiri
Keberhasilan Boni bukan hanya sebuah pencapaian pribadi, tetapi juga menjadi harapan baru bagi anak-anak Papua. Ia menjadi teladan bagi generasi muda yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Dengan ilmu yang diperolehnya, Boni ingin menginspirasi lebih banyak orang untuk tidak menyerah dalam mengejar impian.
Dalam wawancara, Boni mengungkapkan rasa syukur atas kesempatan yang diberikan. Ia berkomitmen untuk kembali ke tanah kelahirannya setelah menyelesaikan pendidikan S2 dan menerapkan ilmu yang didapat untuk memberdayakan komunitas gereja melalui pendidikan.
“Saya pasti akan kembali ke Papua karena saya datang kesini pun untuk mengembangkan pengetahuan saya di pendidikan non formal ini. Terutama untuk pengembangan literasi karena hal itu sangat penting sekali,” tuturnya penuh semangat.
Kisah Boni Beam Wenda adalah bukti nyata bahwa dengan ketekunan, keberanian, dan kecintaan terhadap pendidikan, kita bisa menciptakan perubahan besar bagi banyak orang. Ia bagaikan bunga yang tumbuh subur di tanah yang keras, mengajarkan kepada kita bahwa harapan dan kerja keras akan selalu membuahkan hasil. Beasiswa yang diperolehnya bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan untuk seluruh komunitas yang ia cintai. Ia membuktikan bahwa mimpi, sekecil apapun, dapat diraih selama kita berusaha.
Baca Juga : UNESA Mulai Kegiatan Belajar-Mengajar Semester Baru Secara Offline dan Online
Editor : A. Ramadhan