SURABAYA - Pagelaran Budaya Tosan Aji Nusantara di Balai Pemuda Surabaya, resmi berakhir. Event budaya yang dimulai sejak tanggal 17 November ini berakhir Jum'at (22/11/2025).
Ketua Yayasan Ethnic Indonesia Berbagi, KRA Rivo Cahyono Setyonegoro, menegaskan pentingnya pelestarian budaya Nusantara, khususnya pusaka keris, sebagai identitas bangsa. Menurutnya, pelestarian budaya tidak boleh berhenti pada seremoni, tetapi harus memberikan ruang yang berkelanjutan bagi generasi muda.
“Misi kami sederhana, hadir dan mendukung pelestarian budaya semampu yang kami bisa. Banyak kegiatan yang bergerak dari komunitas dan pendanaan mandiri, tetapi semangat kami tidak pernah surut,” ujarnya.
Rivo juga menyoroti perlunya pendekatan kreatif dalam mengenalkan pusaka kepada generasi muda. Ia mencontohkan kolaborasi yayasan dalam International Gaming Festival di Jakarta yang berhasil menarik perhatian ribuan pemuda terhadap budaya keris.
“Ketika anak muda melihat keris secara langsung, muncul rasa penasaran. Inilah yang perlu terus kita dorong,” katanya.
Rivo mengatakan pameran ini juga dalam rangka memperingati 20 tahun penetapan Keris sebagai Warisan Budaya tak benda dunia oleh UNESCO. Keris menjadi salah satu mahakarya terbesar nusantara, pusaka yang bukan hanya senjata, tetapi simbol filosofi, spiritualitas, dan identitas bangsa.
Namun, kata Rivo, selama ini, pameran, edukasi, hingga festival keris di Surabaya lebih banyak digerakkan oleh pihak swasta, komunitas, dan para pecinta budaya. Mereka berjalan dengan semangat, dengan biaya mandiri, karena kecintaan pada warisan leluhur.
"Karena itu, melalui momentum ini, kami ingin menyampaikan harapan besar kepada pemerintah, khususnya Pemerintah Kota Surabaya dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Sudah saatnya Surabaya memiliki Museum Keris yang representatif, sebagai pusat edukasi, konservasi, penelitian, dan diplomasi budaya. Kota sebesar Surabaya tidak boleh hanya menjadi penonton, sementara warisan dunia seperti keris justru digerakkan oleh komunitas tanpa dukungan fasilitas permanen," ucapnya.
Menurutnya, museum keris bukan hanya bangunan, tetapi simbol penghormatan negara pada budaya. Tempat di mana generasi muda dapat belajar bahwa keris bukan mitos, bukan sekadar benda lama, tetapi karya teknologi metalurgi tinggi dan filosofi luhur yang diakui dunia.
"Kami di Yayasan Ethnic Indonesia Berbagi akan terus berjuang, terus menggelar kegiatan, terus mengharumkan budaya Indonesia. Namun kami percaya, dengan dukungan pemerintah, kerja pelestarian ini akan jauh lebih kuat, lebih terarah, dan lebih berdampak nasional maupun internasional," tandasnya.
Rivo menyatakan bahwa yayasan yang dipimpinnya dibentuk sebagai wadah untuk mendukung berbagai unsur budaya Indonesia, mulai dari keris, batik, hingga kuliner tradisional.
Ketua Panitia Pagelaran Budaya Tosan Aji Nusantara, Andi Budi Sulistijanto, menyebut penyelenggaraan tahun ini mencatat lonjakan peserta hingga tiga kali lipat menjadi 132 peserta dari berbagai daerah. Ia menyebut pameran tersebut sebagai momentum penting dalam merawat warisan adiluhung nenek moyang.
Sementara itu, AKBP Sutiono, S.Pd., Kasubdit Bintibsos Ditbinmas Polda Jawa Timur, menilai kegiatan pelestarian tosan aji sejalan dengan nilai historis kepolisian. Ia mengingatkan istilah “Bhayangkara” sendiri berasal dari peradaban Majapahit.
“Ini bukan sekadar pameran keris. Ini bagian dari budaya yang harus kita jaga bersama,” ujarnya.
Sutiono juga menyampaikan pesan Kapolda Jawa Timur yang mendorong agar kegiatan pelestarian budaya digelar secara rutin untuk memastikan generasi muda tidak kehilangan akar budaya lokal.
Di akhir acara, Rivo menegaskan komitmen Yayasan Ethnic Indonesia Berbagi untuk terus memperkenalkan budaya pusaka kepada masyarakat luas.
“Budaya adalah jiwa bangsa, dan pusaka adalah jiwa dari budaya itu sendiri. Dengan dukungan pemerintah, upaya pelestarian ini akan semakin kuat dan berdampak,” tandasnya. (*)
Editor : M Fakhrurrozi

















