Di tengah maraknya pemberitaan soal serangan siber dan peretasan data, tak banyak yang tahu bahwa sebagian hacker justru berperan sebagai penjaga dunia maya. Mereka dikenal sebagai ethical hacker atau white hat hacker, kelompok yang menggunakan kemampuan teknisnya untuk melindungi, bukan merusak.
Para hacker ini biasanya bekerja sama dengan perusahaan teknologi, lembaga pemerintah, hingga organisasi internasional untuk mendeteksi celah keamanan sebelum dimanfaatkan pihak jahat. Metode dalam hal ini biasanya disebut (penetration testing), yakni menguji sistem layaknya peretas, namun dengan izin resmi. Dengan cara ini, potensi kebocoran data bisa diminimalkan bahkan sebelum ada korban.
Selanjutnya ada beberapa cara untuk mengenali hacker putih antara lain:
1. Mereka bekerja dengan kontrak resmi
2. Memiliki sertifikasi keamanan siber seperti CEH (Certified Ethical Hacker), CHFI (Computer Hacking Forensic Investigator), atau OSCP (Offensive Security Certified Professional)
3. Terlibat dalam proyek yang mendapat izin penuh dari pemilik sistem.
4. Mereka juga cenderung transparan, melaporkan temuan kerentanan secara langsung kepada pihak terkait
5. Tidak pernah menjual data atau informasi rahasia di pasar gelap.
Selain menjaga sistem perusahaan, sebagian hacker ini juga menawarkan jasa pengembalian akun media sosial yang diretas, misalnya akun Instagram, Facebook, Twitter, Tiktok, atau email. Mereka menggunakan teknik account recovery berbasis keamanan siber untuk memverifikasi identitas pemilik asli dan memblokir akses pihak peretas. Layanan serupa juga meliputi pemulihan website yang terkena deface atau malware, serta mengamankan kembali server yang dibobol.
Tips Terhindar dari Kejahatan Siber dan melindungi diri dari ancaman peretasan, ada beberapa langkah sederhana yang bisa diterapkan:
1. Gunakan kata sandi kuat yakni dengan menggunakan kombinasi huruf besar, huruf kecil, angka, dan simbol.
2. Aktifkan autentikasi dua faktor (2FA) sebagai tambahan lapisan keamanan sebelum login.
3. Jangan klik tautan mencurigakan, terutama dari email atau pesan yang tidak dikenal.
4. Perbarui perangkat lunak atau pastikan sistem operasi dan aplikasi selalu update untuk menutup celah keamanan.
5. Gunakan jaringan aman atau hindari login akun penting melalui Wi-Fi publik tanpa VPN.
6. Cadangkan data secara rutin, untuk mengantisipasi kehilangan data akibat serangan malware atau ransomware.
Keberadaan hacker putih membuktikan bahwa istilah “hacker” tak selalu identik dengan kriminal dunia maya. Justru, mereka adalah garda terdepan yang memastikan ruang digital tetap aman untuk semua orang. Dengan literasi keamanan yang semakin meningkat, kolaborasi antara pengguna, perusahaan, dan hacker putih diharapkan bisa menjadi benteng kuat di tengah gelombang ancaman siber global. (Fadillah Putri Pri Utari)
Editor : M Fakhrurrozi