Ketidakadilan gaji berdasarkan gender telah menjadi masalah yang berlangsung lama dan tetap relevan hingga saat ini. Banyak perempuan merasa tertekan dan kurang dihargai akibat perbedaan gaji yang tidak adil, meskipun mereka memiliki kualifikasi dan tanggung jawab yang sama dengan rekan laki-laki. Masalah ini tidak hanya mencakup angka dalam slip gaji, tetapi juga berdampak pada semangat kerja, kepercayaan diri, dan kesehatan mental.
Selama saya bekerja, saya sering menyaksikan ketidakadilan dalam perbedaan gaji antara laki-laki dan perempuan. Meski memiliki kualifikasi dan tanggung jawab yang sama, saya mendapati teman laki-laki mendapatkan gaji yang jauh lebih tinggi. Hal ini membuat saya merasa kurang dihargai, meskipun saya sudah berusaha keras untuk memberikan kontribusi terbaik bagi tim.
Salah satu pengalaman yang paling membekas adalah ketika saya mengetahui bahwa seorang rekan laki-laki yang baru bergabung, dengan latar belakang dan pengalaman yang mirip dengan saya, menerima gaji lebih tinggi. Rasanya sangat membingungkan dan membuat saya bertanya-tanya, “Apakah usaha saya selama ini tidak dihargai?” Ketidakadilan ini tidak hanya berdampak pada kondisi keuangan saya, tetapi juga pada rasa percaya diri dan pandangan saya terhadap kemampuan diri sendiri.
Ketidakadilan seperti ini mencerminkan masalah yang lebih besar, yaitu budaya dan sistem yang ada di dunia kerja. Banyak perempuan mengalami hal serupa, tetapi sering merasa enggan berbicara karena rasa tidak nyaman atau takut dianggap berlebihan. Akibatnya, banyak yang memilih diam, berpikir bahwa ini adalah hal normal. Padahal, ini adalah masalah serius yang perlu diatasi bersama.
Mengapa Ketidakadilan Gaji Terjadi?
Salah satu penyebab utama perbedaan gaji adalah stereotip gender yang masih mengakar kuat. Stereotip ini memengaruhi cara pandang terhadap kemampuan dan kontribusi perempuan di tempat kerja. Masih ada anggapan bahwa laki-laki lebih cocok untuk posisi tertentu atau memiliki kemampuan lebih baik, meskipun tidak ada bukti yang mendukung. Hal ini menyebabkan perempuan sering dipandang sebelah mata, meskipun memiliki kualifikasi dan pengalaman yang setara.
Solusi untuk Mengatasi Kesenjangan Gaji
Untuk mengatasi kesenjangan gaji, perlu dilakukan langkah-langkah berikut:
1. Kebijakan yang Adil dan Transparan
Perusahaan perlu menerapkan kebijakan transparan dalam menentukan gaji. Audit berkala terkait struktur gaji dapat memastikan tidak ada diskriminasi berdasarkan gender.
2. Edukasi dan Kesadaran
Kesadaran tentang pentingnya kesetaraan gender di tempat kerja harus ditingkatkan. Seminar atau workshop tentang kesetaraan gender dapat membantu mengedukasi karyawan dan manajemen, sehingga mereka lebih memahami pentingnya penghargaan yang setara bagi semua pihak.
3. Pemberdayaan Perempuan
Perempuan perlu diberdayakan untuk berbicara tentang hak-hak mereka, termasuk pelatihan negosiasi gaji dan cara mengadvokasi diri sendiri. Dengan alat dan keterampilan yang tepat, perempuan dapat merasa lebih percaya diri untuk menuntut keadilan.
4. Lingkungan Kerja yang Mendukung
Dukungan dari teman kerja dan manajemen sangat penting. Ketika perempuan merasa didukung, mereka lebih berani untuk menyuarakan ketidakadilan.
5. Solidaritas Sesama Perempuan
Perempuan perlu saling mendukung untuk menciptakan perubahan. Ketika satu orang berbicara, itu dapat mendorong yang lain untuk melakukan hal yang sama, menciptakan efek domino untuk perubahan yang lebih besar.
Ketidakadilan gaji berdasarkan gender adalah isu yang harus dihadapi bersama. Setiap orang, tanpa memandang gender, berhak mendapatkan penghargaan yang setara atas kontribusinya di tempat kerja. Dengan berbagi pengalaman dan mendukung satu sama lain, kita dapat mendorong perubahan yang positif menuju dunia kerja yang lebih adil.
Mari kita berkomitmen untuk terus berjuang demi kesetaraan. Masa depan yang adil dan setara adalah tujuan yang dapat kita capai bersama, dan kita semua memiliki peran penting dalam mewujudkannya. (*)
*) Monica Intan Larasati, mahasiswa asal Gresik yang sedang menempuh pendidikan S1 Ilmu Administrasi Negara di Universitas Negeri Surabaya.
Editor : Iwan Iwe