TULUNGAGUNG - Tradisi jamasan pusaka tombak Kyai Upas di gelar pada Jumat Pagi(19/7). Diawali dengan kirab air suci dari sembilan mata air di wilayah Tulungagung yang selanjutnya diserahkan kepada Pj Bupati Tulungagung untuk manfaatkan sebagai prosesi jamasan.
Pusaka yang telah ada sejak tahun 1800-an ini dikeluarkan dari lokasi penyimpanan oleh Bupati dan para tokoh masyarakat di Tulungagung. Selanjutnya dilakukan proses penjamasan pusaka oleh tokoh adat setempat.
Pj Bupati Tulungagung Heru Suseno mengatakan Upacara adat jamasan rutin digelar setahun sekali atau setiap bulan suro dalam penanggalan Jawa.
“Prosesi tombak Kyai Upas dipercaya sebagai pusaka masyarakat Tulungagung, dan waktunya rutin bulan Suro,” kata Heru Suseno.
Baca Juga : Lapas Tulungagung Terima Dua Napiter, Ditempatkan di Ruang Khusus untuk Pembinaan
Ia menambahkan bahwa adat jamasan ini adalah suatu budaya yang diwariskan masyarakat Tulungagung dan wujud syukur kepada Tuhan.
“Saya sebagai penerus, ada kewajiban memelihara ini sebagai kewajiban budaya, wujud syukur karena program-program Pemkab Tulungagung bisa berjalan dengan baik,” imbuhnya.
Dalam kisahnya pusaka kyai upas awalnya merupakan milik Ki Wonoboyo seorang tokoh yang dikenal sakti di wilayah selatan Jawa Timur kemudian pusaka ini diwariskan kepada anaknya Ki Ajar Mangir lalu pusaka ini diserahkan kepada salah satu Adipati Ngrowo atau Tulungagung. Hingga saat ini, Tombak Kyai Upas ini ditaruh di tempat khusus serta dilakukan penjamasan setiap suro oleh Pemerintah Tulungagung bersama warga.
Baca Juga : Bawaslu Tulungagung Ajak Pemilih Pemula Kenali Bahaya Misinformasi di Pilkada 2024
Dulu pusaka Kyai Upas, dipercaya memiliki kesaktian luar biasa. Konon pada masa perjuangan mampu menghalau pasukan belanda masuk ke wilayah Tulungagung.(Agus Bondan)
Editor : JTV Kediri