Artikel ini cukup panjang, karena memang harus agak rinci untuk tujuan literasi masyarakat umum secara memadai, sehingga akan dibagi dalam beberapa bagian unggahan artikel.
Artikel ini dimulai dengan ungkapan puitis: “Pertikaian dan persaingan selalu membuahkan perubahan peradaban manusia. Pertikaian juga menjadi ajang persaingan hegemoni sebelum, penindasan dipermaklumkan. Penindasan berkedok demokrasi dan ekonomi liberal, dan dilakukan dengan sopan, profesional namun kejam.
Pada ujungnya bila uang bicara maka diamlah kebenaran dan dunia pun terhanyut. Kecerdasan dan kesadaran kolektif masyarakat tentang kesejahteraan dan keadilan, merupakan benteng terakhir untuk menahan kebrutalan kekuasaan.
CEO Dunia Gelisah
Sekitar tahun 2010, seorang teman warga negara Singapura bercerita di negaranya lagi ada pertemuan para CEO dunia dari perusahaan-perusahaan besar bahkan multinasional (semacam CEO Talk). Tentang apa? Salah satu issue yang dibahas adalah kekesalan hati para CEO karena diberi target profit yang tinggi seperti ditetapkan oleh para pemilik modal dunia, sementara ekosistem ekonomi cenderung stagnan, daya beli masyarakat tumbuh lambat, bahkan menurun. Pada kondisi terkini, bisa dilihat banyak perusahaan dunia yang tutup, atau pailit dan terjadi gelombang jutaan PHK.
Salah satu pemikiran CEO adalah menurunkan target profit, dan mendorong tumbuhnya ekonomi riil (direct investment) agar ekosistem ekonomi menguat, produktivitas naik, dan daya beli masyarakat meningkat. Tanpa itu perusahaan besar multinasional tidak bisa menghisap laba.
Sesungguhnya issue tersebut sudah sering dibicarakan dalam forum-forum resmi dunia. Misal pertemuan tahunan CEO di Davos Swiss tahun 2011 (dalam World Economic Forum, WEF), juga Round Table Meeting CEO tahunan di berbagai negara, termasuk Singapura.
Para CEO sudah menyadari ketidak seimbangan target profit dengan ekosistem ekonomi, sehingga makin kencang dibahas tanggung jawab perusahaan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif dalam Sustainability and CSR Conferences.
Konsep Reciprocal Strategy pun semakin dibahas mendalam. Reciprocal strategy mengacu pada pendekatan di mana perusahaan tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek, tetapi juga mempertimbangkan dampak jangka panjang dari kebijakan mereka terhadap masyarakat dan ekonomi riil.
Beberapa elemen dari strategi yang dibahas ini meliputi:
Pertama, menurunkan target profit untuk memungkinkan investasi kembali dalam bentuk upah yang lebih tinggi, pelatihan karyawan, atau inovasi produk yang lebih terjangkau. Kendalanya, dalam pasar global yang kompetitif, menurunkan margin keuntungan bisa membuat perusahaan kurang kompetitif dan kolaps.
Kedua, mendorong daya beli masyarakat dengan menciptakan produk dan layanan yang lebih terjangkau.
Ketiga, mendorong Investasi dalam ekonomi riil, seperti membangun fasilitas produksi lokal atau mendukung UMKM.
Keempat, meningkatkan Investasi Langsung (Direct Investment) untuk meningkatkan produksi dan daya beli masyarakat.
Kelima, mengurangi leverage dalam bisnis investasi portfolio, dan mungkin masih banyak lagi strategi reciprocal yg dibahas dan dirumuskan.
Beberapa Praktik Reciprocal Strategy
Beberapa perusahaan dan negara telah menerapkan strategi yang sejalan dengan konsep reciprocal strategy. Misal Unilever telah mengadopsi model bisnis berkelanjutan Sustainable Living Plan dengan menurunkan margin keuntungan jangka pendek untuk investasi dalam produk ramah lingkungan dan program pemberdayaan masyarakat.
Patagonia, perusahaan pakaian outdoor ini dikenal karena komitmennya terhadap keberlanjutan dan tanggung jawab sosial. Mereka secara aktif mendorong konsumen untuk membeli lebih sedikit tetapi berkualitas tinggi, sambil mendukung inisiatif lingkungan.
Negara Jerman juga menerapkan Model Ekonomi Sosial Pasar di mana perusahaan besar bekerja sama dengan serikat pekerja dan pemerintah untuk menciptakan keseimbangan antara keuntungan perusahaan dan kesejahteraan pekerja. Ini termasuk upah yang adil dan investasi dalam pelatihan keterampilan.
Negara Singapura memiliki program seperti SkillsFuture, di mana pemerintah dan perusahaan bekerja sama untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja, sehingga meningkatkan daya beli dan produktivitas.
Meskipun konsep Reciprocal Strategy menarik, ada beberapa tantangan yang dihadapi yaitu tekanan pemegang saham, persaingan global dan koordinasi kebijakan di antara CEO dan pemerintah/negara. Strategi ini membutuhkan koordinasi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat, dan bisa diduga sulit mencapai hasil optimal, karena situasi politik dalam negeri, geopolitik dan geoekonomi dunia yang dinamis.
Internal perusahaan terutama kelompok pemegang saham (pemodal) kapitalis, mempunyai misi dan strateginya sendiri diluar jangkauan CEO, karena pemodal yang oligarkhis makin cenderung berkolaborasi dengan penguasa berbagai negeri. Ekonomi pun makin berwarna ekonomi politik ketimbang ekonomi yang murni.
Investasi Timpang dan Ekonomi Dunia Makin Rapuh
Istilah investasi cukup akrab di telinga masyarakat awam, dan investasi pun berkembang pesat. Namun pencermatan dari ketinggian, pola perkembangan investasi didunia makin miris saja, ketimpangan pendapatan makin melebar tidak terhentikan, polarisasi kekayaan makin mengerucut ke sekelompok orang dengan proporsi yang makin menyedihkan.
Diperkirakan sekitar 82% dari kekayaan dunia yang dihasilkan tahun lalu terkumpul hanya pada 1% orang terkaya dari populasi dunia. Ini menunjukkan bahwa orang-orang super kaya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ekonomi global.
Bagaimana mungkin?
Salah satu faktor penyebabnya adalah karena global investasi portfolio -GIP mencapai US$ 85 trilyun, sedangkan global direct investment-GDI (berupa investasi sektor riil) hanya US$ 1.5 trilyun. Tingkat ketimpangan yang mungkin belum pernah terjadi dalam sejarah dunia.
Investasi portofolio global mencapai sekitar $85 triliun, terdiri atas:
- $40 triliun dalam bentuk obligasi
- $30 triliun dalam bentuk saham
- $15 triliun dalam bentuk instrumen keuangan lainnya
Ketimpangan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
- Spekulasi: Investasi portofolio seringkali digunakan untuk spekulasi, yaitu membeli atau menjual aset dengan harapan harga akan naik atau turun.
- Leverage: Investasi portofolio dapat menggunakan leverage yang tinggi, yang memungkinkan investor untuk memperoleh keuntungan yang besar dengan modal yang relatif kecil.
- Ketergantungan pada Aset Finansial: Investasi portofolio seringkali terlalu bergantung pada aset finansial, seperti saham dan obligasi, yang tidak memiliki nilai dasar yang jelas.
Dampak ketimpangan bisa beragam, misal:
- Gelembung Ekonomi: Ketidakseimbangan dapat menciptakan gelembung ekonomi (ekonomi bubble) yang berkelanjutan dan dapat meledak sewaktu-waktu.
- Krisis Keuangan: Ketidakseimbangan dapat menyebabkan krisis keuangan yang dapat mempengaruhi seluruh ekonomi global.
- Pengangguran dan Kemiskinan: Ketidakseimbangan dapat menyebabkan pengangguran dan kemiskinan yang meningkat karena sektor riil tidak dapat menyerap tenaga kerja yang cukup. (bersambung)
*) Hadi Prasetyo, mantan Kepala Bappeda Jatim
Editor : Iwan Iwe