SURABAYA - Teriakan lantang "Ganyang Patriarki!" menggema di sepanjang jalanan menuju gedung Grahadi Surabaya. Puluhan massa, yang didominasi oleh perempuan dari berbagai kalangan, turun ke jalan pada Rabu 19 maret 2025 dalam aksi memperingati Hari Perempuan Internasional (IWD) 2025. Aksi ini bukan sekadar perayaan. Aksi ini menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan gender yang masih mengakar kuat di masyarakat.
Aksi yang diinisiasi oleh gabungan beberapa organisasi/komunitas masyarakat sipil di Surabaya ini dimulai dari McDonald's Basra pada pukul 13.00 WIB. Massa bergerak dalam longmarch menyusuri jalanan kota, melewati Hotel Tunjungan, dan berakhir di depan Gedung Negara Grahadi. Di sepanjang jalan, mereka meneriakkan yel-yel perlawanan, membentangkan spanduk berisi tuntutan, dan menyuarakan semangat "Arek-arek Wani Ganyang Patriarki dan Diskriminasi !".
Kami di sini untuk menyuarakan 55 tuntutan, yang mencakup berbagai isu penting," ujar Elsa Ardhila Putri, dari LBH Surabaya. "Mulai dari kekerasan berbasis gender, diskriminasi, eksploitasi buruh, kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat, hingga hak-hak kelompok minoritas, semuanya harus diakhiri! Kami menuntut perubahan nyata!"
Di depan Gedung Grahadi, aksi dilanjutkan dengan berbagai kegiatan, termasuk mimbar bebas, teatrikal, pembacaan puisi, dan pertunjukan musik. Para orator bergantian menyampaikan orasi yang membakar semangat massa. Mereka menyerukan persatuan dan keberanian untuk melawan segala bentuk penindasan dan ketidakadilan.
"Kami tidak akan pernah diam! Kami akan terus berjuang sampai patriarki dan diskriminasi dihancurkan! Arek-arek Surabaya tidak akan pernah tunduk pada penindasan!" seru salah satu orator, disambut sorak-sorai massa.
Sevtya Zahrotul Audina, perwakilan komunitas Girl Up UPN Veteran Jawa Timur, menekankan pentingnya aksi ini sebagai bentuk solidaritas dan keberanian perempuan. "Hari ini, kita tunjukkan bahwa perempuan tidak takut! Kita berani melawan ketidakadilan! Kita di sini untuk memperjuangkan kesetaraan!" tegasnya.
Kayika, perwakilan SAVY Amira, lembaga layanan rujukan Komnas Perempuan, menambahkan bahwa aksi ini adalah bagian dari perjuangan panjang untuk mewujudkan kesetaraan gender. "Perjuangan ini tidak akan berhenti di sini. Kita akan terus bergerak, berkolaborasi, dan bersolidaritas sampai semua perempuan dan kelompok rentan mendapatkan hak-haknya dan hidup dalam lingkungan yang aman dan setara," ujarnya.
"Kami akan terus mengawal tuntutan ini sampai pemerintah memberikan respons yang nyata," kata Elsa. "Kami tidak akan pernah berhenti berjuang sampai keadilan gender terwujud di Surabaya dan di seluruh Indonesia. Ini bukan hanya tentang perempuan, tetapi tentang kemanusiaan. Ini adalah seruan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan setara bagi semua."
Meskipun hujan mengguyur Surabaya, massa terus menjaga semangat. Aksi ini adalah deklarasi perjuangan melawan patriarki dan diskriminasi yang akan terus berlanjut. Suara perlawanan akan terus menggema, menuntut perubahan dan keadilan. Aksi ini membuktikan semangat perjuangan perempuan dan kelompok rentan tak pernah padam.*
Editor : A. Ramadhan