LUMAJANG - Aksi seorang petani cabai dari Desa Sukosari, Kecamatan Kunir, Lumajang, menjadi perbincangan hangat setelah videonya viral di media sosial.
Dalam video tersebut, Wahid Adi Putra Yulianto, seorang petani cabai rawit, tampak merusak tanamannya yang baru berusia dua bulan di lahan setengah hektar miliknya.
Tindakan ini ia lakukan lantaran kecewa dengan anjloknya harga cabai yang kini hanya dihargai Rp3.000 per kilogram, jauh di bawah biaya operasional yang ia keluarkan.
Wahid mengungkapkan bahwa dengan harga cabai yang begitu rendah, hasil panennya tak cukup menutupi biaya buruh panen dan perawatan.
Baca Juga : Frustrasi Harga Anjlok, Petani Lumajang Rusak Tanaman Cabai Usia Produktif
Padahal, di masa harga normal, para petani cabai biasanya bisa meraup keuntungan saat harga berkisar antara belasan ribu rupiah per kilogram.
Saat harga stabil, hasil panen dari satu petak sawah dapat menghasilkan omzet hingga Rp2 juta. Namun kini, dengan harga Rp3.000 per kilogram, hasil panen hanya mendatangkan sekitar Rp300 ribu, jauh dari harapan petani.
Dalam wawancaranya, Wahid menyatakan bahwa anjloknya harga cabai yang sering terjadi di musim panen raya memaksa para petani menghadapi ketidakpastian pendapatan setiap tahun.
Baca Juga : Harga Pertalite Mahal dan Langka, Petani Lamongan Beralih ke LPG untuk Mengairi Sawah
"Dengan harga seperti ini, kami benar-benar dirugikan. Biaya tanam, perawatan, dan panen tidak bisa tertutup," ungkap Wahid, Senin (4/11/2024).
Para petani pun berharap pemerintah turun tangan untuk menstabilkan harga cabai, agar nasib mereka tidak terus-menerus berada dalam ketidakpastian setiap kali panen raya tiba.(Yongki Nugroho/Selvina Apriyanti)
Editor : Iwan Iwe