SURABAYA - Meski sudah terjadi lama namun dampak dari terjadinya lumpur Lapindo di Sidoarjo dinilai masih terasa untuk warga sekitar, khususnya untuk dampak terhadap lingkungan dan kesehatan.
18 tahun sudah peristiwa lumpur Lapindo di Sidoarjo terjadi. Meski begitu hingga saat ini dampaknya masih terasa untuk warga sekitar. Dimana hampir setiap hari warga mencium bau tidak sedap beraroma lumpur, saat terkena hembusan angin. Selain udara, warga juga khawatir bila air tanah atau air sumur serta air permukaaan seperti sungai dan irigasi tercemar akibat lumpur Lapindo.
Wahana Lingkungan Hidup atau WALHI Jatim menyebut berdasarkan penelitian ditemukan adanya temuan timbal dan kadmium melebihi baku mutu yang ada di 20 titik lokasi sampling baik pada lumpur, sedimen sungai maupun air.
Wahyu Eka Setiawan, Direktur Eksekutif Walhi Jatim mengatakan dampak lumpur panas Lapindo sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat dimana penderita ISPA meningkat signifikan sekitar 50 hingga 60 persen pada warga sekitar. Selain ISPA juga dikhawatirkan muncul penyakit lain akibat tingginya kandungan logam beratpada air sumur warga.
Baca Juga : Sajikan 1.500 Porsi Lontong Cecek, Sidoarjo Pecahkan Rekor MURI di Jayandaru Parade Selera Rasa
Mirisnya, kondisi ini diperparah dengan minimnya jaminan kesehatan yang dimiliki warga. Bahkan tidak sedikit warga yang tidak mendapatkan hak kependudukannya karena tidak tercatat di mana pun.
Sementara itu, berdasarkan data WALHI Jatim dan pos koordinasi untuk keselamatan korban Lumpur Lapindo telah terjadi kenaikan jumlah penderita ISPA hingga 63.000 orang pada 2010 padahal tahun 2005 jumlah penderita hanya 23.000 orang.
Editor : Ferry Maulina