MAGETAN - Cuaca ekstrem kembali berdampak pada petani tomat di lereng Gunung Lawu. Sejumlah petani tomat di Desa Sidomukti, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, mengalami kerugian besar karena tanaman tomat gagal panen.
Sejumlah petani mengungkapkan produksi panen turun drastis hingga mencapai titik terendah dalam beberapa musim terakhir. Bila biasanya mereka mampu menghasilkan hingga tiga ton tomat dalam satu masa panen.
"Namun tahun ini, hasil panen merosot tajam dan hanya mencapai sekitar empat kwintal. Penurunan produksi yang signifikan ini membuat pendapatan petani anjlok," kata Kusno, salah satu petani tomat.
Kondisi ini, lanjut Kusno, semakin diperparah dengan fluktuasi harga di pasaran.
Baca Juga : Petani Biarkan Tomat Membusuk Di Ladang Akibat Harga Anjlok
"Harga tomat yang tidak stabil membuat petani tidak mampu menutupi biaya produksi, termasuk pupuk, tenaga kerja, serta perawatan tanaman," ungkapnya.

Kasno mengaku tidak memiliki banyak pilihan komoditas karena lahan di wilayahnya hanya cocok untuk tanaman sayuran.
Baca Juga : Harga Tomat Anjlok Tajam, Petani Magetan Pilih Biarkan Panen Membusuk di Ladang
"Wilayah sini hanya untuk sayuran, sementara padi atau jagung yang lebih tahan terhadap cuaca ekstrem sulit dibudidayakan disini. Akibatnya, petani terpaksa pasrah menghadapi situasi ini," tuturnya.
Para petani berharap adanya perhatian dan dukungan dari pemerintah untuk membantu mengurangi beban kerugian. Mereka menilai solusi jangka panjang untuk pertanian di daerah rawan cuaca ekstrem sangat dibutuhkan agar kejadian serupa tidak terus berulang. (Ramdhan Rio/Nevenia)
Editor : M Fakhrurrozi




















