Menu
Pencarian

Budaya Flexing Di Kalangan Gen Z: Tren, Tekanan, Atau Tuntutan?

Tsaltsa Reza - Kamis, 19 Juni 2025 16:00
Budaya Flexing Di Kalangan Gen Z: Tren, Tekanan, Atau Tuntutan?
illustrated by pexels

Semakin berkembangnya zaman, semakin banyak platform media sosial yang bermunculan. Platform-platform tersebut menyajikan konten-konten berupa audio visual. Gen Z menggunakan platform tersebut untuk mengunggah tentang kemewahan yang mereka punya. Fenomena ini kerap disebut dengan flexing atau perilaku memamerkan kemewahan atau gaya hidup glamor di dunia maya.

Banyak Gen Z yang menganggap flexing ini sebagai bentuk menunjukkan eksistensi, pencapaian, bahkan validasi diri. Apakah fenomena flexing di media sosial ini hanya arus, atau sebenarnya Ia menyimpan tekanan sosial sehingga menuntut untuk mengikutinya?

Normalisasi Tren Flexing

Fenomena ini terjadi sangat umum dan sangat banyak yang mengikuti hal ini. Dari sinilah fenomena flexing ini mulai menjadi hal biasa di kalangan masyarakat, terutama pengguna media sosial. Flexing yang mereka lakukan yaitu dengan mengunggah barang-barang branded milik pribadi, liburan ke luar negeri, tempat makan yang fancy, dan kendaraan yang mewah. Semuanya dikemas menjadi konten yang menarik, dan tak jarang isi captionnya adalah kata-kata yang menginspirasi. 

Baca Juga :   Pola Komunikasi Berubah, Masyarakat AS Memilih Media Sosial Jadi Sumber Utama Berita

Tekanan yang Tidak Disadari

Di balik kemewahan yang mereka unggah, terdapat tekanan yang nyata. Angka likes, view, dan komentar menjadi tolak ukur mereka untuk menganggap bahwa mereka benar-benar berharga di mata orang lain. Tekanan ini berdampak pada psikologis mereka, seperti muncul insecure dalam diri mereka, FOMO (Fear of Missing out), bahkan haus validasi karena terus membandingkan dirinya dengan orang lain.  

Tuntutan Sosial atau Kebebasan?

Baca Juga :   Walaupun Sering Diingatkan, Mengapa Masyarakat Masih Sering Termakan Hoax? Ini Penjelasan Ilmiahnya!

Sebagian orang menganggap flexing merupakan suatu kebebasan yang siapa saja punya hak untuk mengapresiasi atas pencapaian diri. Namun, beberapa orang merasa “terpaksa” dan ini menjadikan flexing menjadi sebuah tuntutan sosial yang semua orang harus melakukannya. Tak sedikit Gen Z yang tidak mengikuti tren flexing dan berakhir dianggap sebagai orang yang tidak keren, jadul, dan bahkan tidak sukses.

Beberapa Gen Z yang tidak mampu secara finansial tetap memaksakan diri mengikuti tren flexing ini. Banyak cara dihalalkan, dari berhutang sampai memalsukan citra kehidupan aslinya. Bagaimana menurutmu?

Editor : M Fakhrurrozi






Berita Lain



Berlangganan Newsletter

Berlangganan untuk mendapatkan berita-berita menarik dari PortalJTV.Com.

    Cek di folder inbox atau folder spam. Berhenti berlangganan kapan saja.